JAVASATU.COM-MALANG- Cuaca Malang memang sedang terik dan cukup panas, tertera di Smartphone suhu sekitar 38 derajat Celsius, namun hal ini tak menyurutkan sebanyak 15 mahasiswa-mahasiswi dari kampus Universitas Muhamadiyah Malang (UMM) mendatangi Galeri Batik Lintang Malang di desa Ngijo, kecamatan Karangploso, kabupaten Malang pada Kamis (02/11/2023).
Kedatangan di Galeri Batik Lintang Malang, belasan mahasiswa UMM itu didampingi tiga orang dosen. Salah seorang dosen yang didapuk menjadi koordinator lapangan, Zulfikar Yusuf, M.PD.I. menuturkan, kedatangannya bertujuan membumikan program kampus UMM, program studi Pendidikan Agama Islam (FAI) yang tengah kerja sama dengan Equal Access International, Australia dalam rangka Study Tour.
“Ada mahasiswa pertukaran dari Luar negeri, ada yang dari USA, Canada, Australia, dan Zimbabwe, selebihnya mahasiswi UMM,” ujar Zulfikar Yusuf, M.PD.I, sebagai koordinator lapangan pada program ini.
Ia mengungkapkan, Batik Lintang Malang dipilih memang bukan kali pertama bekerja sama dengan UMM, apalagi secera geografis letak Galeri Batik Lintang dengan kampus Utama Universitas Muhammahdiyah Malang bertetangga.
”Kami tidak asal, apalagi membawa mahasiswa luar negeri, tentu banyak literasi kenapa kami kemudian memilih Batik Lintang selain juga bertetangga, juga memiliki karya berciri khas,” tegas lelaki yang akrab disapa ustaz Zulfikar.
Sementara itu, Pemilik Batik Lintang Malang, Ita Fitriyah, ST mengaku kaget kedatangan belasan mahasiswa UMM secara mendadak. Beruntung Ita telah memiliki SOP paten dan bahan siap tersedia.
”Sangat mendadak, alhamdulillah kami sudah punya SOP dan bahan-bahannya, sehingga tidak terlalu sulit dan semua sesuai standar baku,” ucap perempuan yang sedang menempuh program Pascasarjana di ITN Malang ini menegaskan.
Meski peserta dari mahasiswa luar negeri, Ita mengaku tidak sulit untuk memberikan pelatihan tentang batik tulis. Karena materi yang diberikan sudah sesuai dengan standar baku pelatihan batik tulis.
”Batik ini sangat internasional, jadi meskipun berbeda-beda bangsa dan negara akan lebur ketika berbicara batik tulis. Awalnya memang ada kebingungan, namun ketika mulai praktik semua menjadi senang. Jadi seru banget,” pungkas Ita Fitriyah, yang juga merupakan salah seorang aksesor batik tulis bersertifikat BNSP. (Saf)