JAVASATU.COM- Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) yang tergabung dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tahun 2025 menggagas program pemilahan sampah berbasis rumah tangga melalui biopori di Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

Program ini diprakarsai oleh Pranantha Dertha Leo Prawira Nugraha, mahasiswa Fakultas Pertanian UB, bersama tim KKN yang terdiri dari Tria Apridia, Habib Ferdiansyah, Rafi Muhammad Naufal, dan Daniel Risang Pamungkas.
Awalnya, tim KKN mengusulkan budidaya tanaman obat keluarga (TOGA), namun setelah observasi lapangan dan diskusi dengan Kepala Desa Suheri, Kepala Dusun Jetak Ngasri Didit, serta dosen pembimbing Prof. Dr. Ir. Aminudin Afandhi, fokus program dialihkan ke pengelolaan limbah organik melalui biopori.
“Saya melihat banyak sampah rumah tangga yang belum dipilah dan langsung dibuang. Padahal, pengelolaan bisa dimulai dari rumah, salah satunya dengan biopori,” ujar Pranantha, Minggu (27/7/2025).
Sebanyak delapan titik biopori dibuat di lingkungan warga dengan kedalaman 90-100 cm dan diameter 15 cm. Sampah organik seperti daun kering dan sisa dapur dimasukkan ke dalam lubang untuk diubah menjadi kompos alami.
Selain pengerjaan fisik, tim KKN juga melakukan edukasi kepada warga mengenai fungsi biopori dalam meningkatkan resapan air hujan, mencegah banjir, dan mendukung konservasi air tanah. Edukasi dilakukan secara informal dan mudah dipahami lintas usia.
Warga Jetak Ngasri yang aktif menanam tanaman hias menyambut baik inisiatif ini. Biopori dinilai mendukung kebiasaan warga sekaligus memperkuat fungsi Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) yang sudah berjalan di desa tersebut.
“Anak-anak ini aktif, terbuka, dan siap menyesuaikan dengan kondisi desa. Itu penting karena tiap desa punya karakter berbeda,” ujar Didit, Kepala Dusun Jetak Ngasri.
Program ini juga mendukung persiapan Desa Mulyoagung dalam Lomba Desa Berseri tingkat Provinsi Jawa Timur, serta berkontribusi pada pencapaian sejumlah poin Sustainable Development Goals (SDGs), seperti air bersih, permukiman berkelanjutan, pengolahan limbah, dan penanganan perubahan iklim.

Tim KKN menyampaikan seluruh dokumentasi kegiatan kepada pihak desa dan membagikannya melalui media sosial untuk tujuan transparansi dan pelaporan.
“Program ini bukan soal seberapa banyak lubang yang kami buat, tapi soal bagaimana kami belajar berinteraksi, membangun kepercayaan, dan meninggalkan dampak yang bisa dilanjutkan,” tutup Tim KKN UB.
Dengan langkah kecil dan tepat sasaran, mahasiswa UB membuktikan bahwa pengabdian masyarakat bisa dimulai dari hal sederhana, namun berdampak nyata bagi lingkungan dan warga desa. (nuh)