JAVASATU.COm-BATU- Dunia sastra tanah air kembali dikejutkan oleh kiprah penulis muda berbakat asal Kota Batu, Nayswa Ibtisamah. Pelajar SMA Negeri 2 Batu ini berhasil menembus dua buku nasional bergengsi di ranah puisi esai yang diterbitkan Cerah Budaya Internasional: “Pulang dalam Keabadian Cinta” dan “Dari Bulan di Pangkuan Ibu Hingga Tanah Tanpa Nama”.

Tak hanya itu, Nayswa juga dinobatkan sebagai salah satu dari 25 penulis puisi esai terbaik tahun 2024, menegaskan kiprahnya bukan sekadar tempelan nama belaka.
Karya-karyanya dikenal menyentuh, puitis, dan sarat emosi. Ia kerap mengangkat tema cinta, keabadian, pencarian jati diri, hingga spiritualitas dalam bahasa metaforis yang tajam dan artistik. Gaya penulisannya yang unik, dengan diksi yang cermat dan imaji yang dalam, mampu menggerakkan perasaan pembaca dari berbagai lapisan usia.
Dikirimkan ke redaksi Javasatu.com oleh Akaha Taufan Aminudin, Ketua Satupena Jawa Timur, bahwa Nayswa mengungkapkan rasa bangganya.
“Senang banget, ini semacam validasi bahwa kerja keras dan proses panjang itu tidak sia-sia. Tapi ini baru awal. Saya ingin terus menulis, tetap jujur sama diri sendiri, karena tantangan ke depan pasti lebih besar,” ucapnya.
Nayswa yang menempuh pendidikan dari TK ABA 04 Batu hingga kini duduk di kelas 11 SMAN 2 Batu, telah melalui jalan pendidikan nonkonvensional yang memperkaya perspektifnya. Ia sempat belajar di PKBM dan sekolah alternatif, yang justru membentuk sensibilitas sosial dan kedalaman batinnya dalam menulis.
Lingkungan sekitar, kehidupan sehari-hari, dan perjalanan spiritual menjadi sumber inspirasinya.
“Saya menulis dari yang saya rasakan, saya alami. Kadang dari alam, kadang dari doa, kadang dari luka,” ujar Nayswa.
Karya-karyanya telah menjadi bahan diskusi baru dalam wacana puisi esai di Indonesia, bahkan dianggap membawa warna baru dalam khazanah sastra modern. Nayswa menjadi simbol bahwa regenerasi sastra Indonesia berjalan dan hidup di tangan anak-anak muda yang tak ragu menggali kejujuran dan kedalaman diri.
Melalui pengakuan nasional dan pengaruhnya yang mulai terasa, Nayswa Ibtisamah bukan sekadar fenomena lokal. Ia adalah representasi pelajar Mbatu sae yang melejit, dan patut diperhitungkan di panggung sastra Indonesia. (Nuh)
Mantap surantap semangat Sepanjang Masa Bahagia SATUPENA JAWA TIMUR BERGERAK PESAT Melejit ✒️