JAVASATU.COM-GRESIK- Keberadaan usaha pencetakan menggunakan teknik media alami yakni Ecoprint di Kelurahan Kebungson, Kecamatan/Kabupaten Gresik, menurut Lurah Kebungson, M. Fither Kuntajaya, dapat membantu memutar roda perekonomian masyarakat.

“Dengan adanya usaha Ecoprint di Kebungson ini, dapat menjadi nilai tambah ekonomi warga setempat,” ujar dia, Jumat (27/10/2023).
Selain itu, menurut Fither, produk Ecoprint sangat sustainable (berkelanjutan), ramah lingkungan. Karena tidak memakai pewarna kimia atau bahan bahan sintetis yang berbahaya.
“Dari bahan dan medianya, Ecoprint ini adalah karya seni yang ramah lingkungan. Bahannya dari alam seperti daun, bunga, batang, akar hingga getah sebagai motifnya. Bermacam kayu dan buah juga bisa diajdikan warna. Selain tanaman, berasal dari hewan juga bisa seperti kepompong,” terang Fither.
“Ini juga dapat mengedukasi konsumen tentang hidup berkelanjutan,” imbuh dia memungkasi.
Sementara itu, Febriani salah satu pelaku usaha ekonomi kreatif Ecoprint kelurahan Kebungson mengungkapkan, produk Ecoprint yang dihasilkan seperti kain, baju, tas, sepatu, dompet, topi hingga kalung.
“Kami berkarya selalu mempertimbangkan dampak lingkungan, sosial dan ekonomi. Dengan ecoprint ini, dapat membantu perekonomian warga sekitar,” ungkap Fiebriani.
Ia berharap produk Ecoprint miliknya dapat maju dan berkembang pesat di tengah modernisasi zaman saat ini.
“Kecepatan dan kecanggihan teknologi digital juga cukup membantu untuk pemasaran. Bagi masyarakat yang ini reservasi Wisata Edukasi dan koleksi Ecoprint hubungi di nomor 085103171117,” pungkasnya.

Ecoprint Bukan Batik, Begini Cara Bikinnya
Selanjutnya, Fitri Mariana, Owner Agadtha Ecoprint yang berlokasi di Jalan KH.Kholil No.14 Kebungson Gresik (Heritage Omah Kembar Kebungson) menjelaskan, pembuatan Ecoprint ada dua cara, yakni Pounding atau pukul dan Steam atau Kukus.
“Ecoprint bukan batik, karena perbedaan dalam hal proses pembuatan. Di dalam proses Ecoprint tidak ada pemakaian malam sebagai penghalang dan tidak ada proses nglorod yang biasanya dilakukan pada proses Batik,” terang Fitri.
Untuk ecoprint menggunakan teknik Pukul, dijelaskan Fitri, pembuatannya ini memakai alat yaitu palu dari bahan kayu, yang di pukulkan ke daun atau bunga yang telah diletakkan pada kain, sehingga menimbulkan jejak atau warna daun atau bunga pada kain tersebut.
“Sedangkan untuk teknik Kukus, pembuatannya memakai alat pengukus. Jadi media yang telah diproses ecoprint di kukus selama 1,5 sampai 2 jam, supaya warna atau jejak daun dan bunga lebih menempel kuat ke kain. Sehingga bisa tercetak dengan sempurna,” imbuh dia menerangkan.
Menurut Fitri, dua teknik itu memiliki kelebihan dan kekurangan. Tergantung keinginan Ecoprinter mana yang sesuai dengan karya yang akan dibuat.
“Semakin lama teknik yang dipakai ecoprinter semakin beragam. Tetapi secara dasar teknik yang dipakai ada 3 macam,” ujar dia.
Tiga macam itu, lanjut Fitri menerangkan, pertama Teknik Basic yaitu, Teknik yang paling dasar terutama untuk pemula sebagai pengenalan bahan dan pengenalan tanaman yang ada d linkungan sekitar. Kedua teknik Mirror atau Cermin yaitu, Teknik yang sederhana dengan memakai seminim mungkin tanaman, tetapi tetap menampakkan keindahan karya. Dan yang ketiga Teknik Blanked atau Selimut, yaitu, teknik yang memakai 2 kain yang satu sebagai kain dasar atau utama yang kedua sebagai kain Blanked atau selimut sebagai pen-transfer warna. (Bas/Saf)