JAVASATU.COM-MALANG- Kisah inspiratif Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Malang yang selalu berkarya. Terpidana seumur hidup dengan perkara pembunuhan berencana pasal 340 KUHP yang tidak henti-hentinya berkarya.
WBP tersebut bernama Sunardi (40) asal Bondowoso. Pria yang akrab disapa ‘Cak Nardi’ ini merupakan sosok orang yang selalu optimis dalam menjalani hukumannya.
Meski diganjar hukuman seumur hidup dan sudah menjalani masa tahanan selama 14 tahun, Cak Nardi ini tidak putus asa untuk menjalani kehidupan sehari-harinya di balik jeruji.
Selama di Lapas Lowokwaru, Cak Nardi selalu menjalankan pidananya dengan ikhlas, dan rajin mengikuti pembinaan kepribadian, dari mulai kegiatan mengaji hingga salat jamaah.
Selain itu Cak Nardi juga melakukan kegiatan positif lainnya melalui bimbingan pembinaan kemandirian seperti kegiatan barbershop, perkayuan mebel, bengkel las dan kerajinan-kerajinan dari kayu lainnya.
Kepala Lapas Kelas 1 Lowokwaru Malang, Heri Azhari mengatakan, selama berada di Lapas Kelas 1 Lowokwaru Malang ini, Sunardi terus mengasah kemampuan dan ketrampilannya, sudah banyak karya-karya Cak Nardi yang sudah dibuatnya. Mengingat sudah 14 tahun Sunardi menjalani masa hukumannya.
“Cak Nardi selalu aktif mengikuti kegiatan pembinaan kemandirian dan pelatihan-pelatihan yang disediakan oleh Lapas ini, karyanya banyak, seperti ukiran kaligrafi, miniatur truk, bisa memotong rambut, dan membuat kerajinan lainnya,” ucapnya.
“Saya terus mendukung dengan sepenuh hati Warga Binaan untuk terus berkegiatan positif dan berkarya. Saya yakin kelak Sunardi ketika bebas sudah siap menjadi manusia baru dan siap terjun ke masyarakat dengan bekal skill/keterampilan dan perilakunya baik selama menjalani pidananya di Lapas ini,” imbuhnya.
Sementara itu, Sunardi mengaku sudah sangat ingin kembali kepada keluarga tercintanya, dan berharap ada perubahan hukuman, dari seumur hidup berubah menjadi 20 tahun.
“Saya sudah menyadari kesalahan saya dan sudah bertobat, dan saya pingin menjadi bagian dari keluarga saya lagi. Pingin segera berkumpul dengan keluarga lagi, mengabdikan diri ke bangsa dan negara Indonesia tercinta di tengah-tengah masyarakat. Saya berharap hukuman saya dirubah,” katanya dengan penuh harap, sembari menyeka air matanya yang menetes di pipinya. (Dop/Arf)