JAVASATU.COM-MALANG- Napak tilas sepak bola Malang akan dibahas dalam acara Halalbihalal dan Sarasehan Legenda Sepak Bola Bhumi Arema yang bertajuk ‘Belajar Dari Masa Lalu Untuk Membangun Masa Depan’. Wahyu Eko Setiawan/ Sam WES, Anggota Komite Ekonomi Kreatif (KEK) Kota Malang mengatakan, acara akan digelar pada hari Sabtu (29/4/2023) pukul 10.00-13.00 WIB di Ruang Bioskop Studio lantai 5 gedung MCC Kota Malang.

“Acara gratis dan terbuka untuk umum. Siapapun boleh ikut hadir langsung dan berpartisipasi,” kata Sam WES, Jumat (28/4/223).
Lebih jauh Sam WES mengungkapkan, niat awalnya acara digelar secara sederhana. Diformat dalam bentuk sarasehan dengan tema Belajar Dari Masa Lalu Untuk Membangun Masa Depan dan dipadu dengan momentum lebaran Halalbihalal. Namun dirinya tak menyangka bahwa antusias sangat luar biasa.
“Setelah melakukan silaturahmi dan komunikasi dengan beberapa Legenda Sepak Bola Bhumi Arema, ternyata antusiasnya sangat luar biasa. Bahkan beberapa pemain sepak bola kelahiran Bhumi Arema, yang sekarang sudah lama hidup dan tinggal di luar daerah Malang Raya, menyatakan diri untuk siap hadir. Juga ada beberapa pemain sepak bola yang sudah sekarang sudah sepuh, meskipun bukan kelahiran dari Bhumi Arema, juga ada yang menyatakan diri mau ikut hadir. Hal ini dikarenakan juga adanya inisiatif untuk membangun: Museum Sepak Bola Indonesia di Kota Malang,” jelas Sam WES.
“Wali kota Malang bapak H. Sutiaji berkenan hadir membersamai semuanya. Sebenarnya, memang sudah lama Wali kota Malang mengharapkan ada acara semacam ini, semacam Rembug Arek Malang,” kata Sam WES menambahkan.
Menurut Sam WES, pada awalnya, inisiatif membangun sebuah Museum Sepak Bola, hanya berlingkup untuk mewadahi para Legenda Sepak Bola Bhumi Arema. Tetapi dorongan untuk mengembangkan menjadi Museum Sepak Bola Indonesia, justru semakin menguat dan mendapat dukungan dari banyak legenda pemain sepak bola yang berasal dari luar daerah Malang Raya.
“Tentu saja, hal ini harus mendapatkan perhatian serius dan dimusyawarahkan bersama-sama. Termasuk adanya usulan/ pemikiran yang hendak menjadikan Stadion Gajayana Malang sebagai Pusat Museum Sepak Bola Indonesia. Yang dibarengi dengan usulan untuk membangun Stadion Olah Raga dengan standar dan level internasional di Kota Malang. Barangkali, semua usulan tersebut bisa dimusyawarahkan dan menjadi cita-cita bersama,” beber Sam WES.
Sebagai informasi, bahwa Kota Malang pada tahun 2015 yang lalu, pernah mendapatkan Predikat Nasional sebagai Kota Peduli Museum. Hal ini dibuktikan dengan adanya lebih dari 10 Museum Bersejarah yang ada di Kota Malang. Maka, Sam WES menyebut, gagasan/ pemikiran untuk membangun Museum Sepak Bola Indonesia di Kota Malang, bukanlah gagasan/ pemikiran yang tanpa refrensi.
“Buktinya sudah jelas. Potensinya jelas ada. Ekosistem museumnya sudah ada di Kota Malang. Lokasi Museum Sepak Bola Indonesia bisa di Stadion Gajayana. Maka, yang dibutuhkan adalah siapa yang akan menjadi motor utama untuk menggerakkan usulan/ pemikiran membangun Museum Sepak Bola Indonesia di Kota Malang? Bagaimana langkah-langkah strategis untuk mendukungnya? Dan masih ada beberapa hal penting yang bisa kita musyawarahkan bersama,” urainya.
Selain itu, lanjut dia, ada juga usulan/ pemikiran untuk membuat Kompilasi Album Musik Sepak Bola Bhumi Arema, yang didedikasikan untuk mengenang peristiwa Tragedi Stadion Kanjuran 1 Oktober 2022 silam. Karena sudah ada begitu banyak karya-karya musik, yang isinya mengandung keprihatinan, kenangan dan segala yang terkait dengan adanya tragedi tersebut. Mulai dari karya musisi lokal Bhumi Arema, musisi nasional, hingga musisi dari luar negeri.
“Semoga, semua karya musik tersebut bisa dikompilasi menjadi Satu Album Musik Sepak Bhumi Arema. Usulan/ pemikiran membuat album kompilasi ini, juga sangat didukung oleh Museum Musik Indonesia (MMI). Semoga Kompilasi Album Musik ini bisa diwujudkan bersama-sama,” ucap dia.
Membahas Napak Tilas Sepak Bola Malang, menurut Sam WES, pasti tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Persema, Arema, Aremania, Askot PSSI Kota Malang, KONI Kota Malang, KORMI Kota Malang, dan beberapa lapangan bersejarah di Kota Malang. Setiap legenda sepak bola pada masanya, mulai tahun 60 an sampai dengan tahun 90 an, pasti mempunyai cerita dan sudut pandang masing-masing, yang sangat beragam spektrumnya. Pasti ada banyak perbedaan pemikiran dan penafsiran. Tapi semua perbedaan tersebut, harus dipandang sebagai kekayaan kearifan lokal Bhumi Arema. Yang justru harus mampu semakin menguatkan, Salam Satu Jiwa.
“Tentu saja, juga diajukan beberapa usulan/ pemikiran perihal Sekolah Sepak Bola (SSB), Sekolah Atlet/ Sekolah Olah Raga, Upaya Pembibitan/ Pembinaan Sepak Bola, Peningkatan Fungsi Lapangan Sepak Bola, Model Pengelolaan seluruh Lapangan Sepak Bola di Kota Malang, Kebijakan yang mampu mengakomodasi pengembangan sepak bola pada seluruh sekolah di Kota Malang, mulai SD/ Sederajat sampai SMA/ Sederajat, dan masih banyak lagi hal-hal lainnya yang bisa dimusyawarahkan bersama. Semuanya bermuara pada tujuan untuk: Membangun Masa Depan Bhumi Arema (Malang Raya),” urai Sam WES.
“Ternyata, sangat banyak hal-hal yang bisa kita bahas bersama secara musyawarah, dengan cara ‘Belajar Dari Masa Lalu Untuk Membangun Masa Depan’, dari adanya acara ini. Kehadiran para Legenda Sepak Bola Bhumi Arema, tentu saja membuat kita semakin merinding bersemangat dan memperkuat Panggilan Jiwa kita semuanya, sebagai orang-orang yang sangat peduli dan mencintai Bhumi Arema. Dengan menyumbangkan pemikiran, tenaga, waktu, doa, materiil dan lain-lainnya, dengan penuh sukacita serta guyub rukun bergotong royong. Getaran jiwa kita sudah se-harmoni, frekwensi hati dan pemikiran kita, sudah saatnya harus diorkestrasi untuk bersama-sama terus menggaungkan, Salam Satu Jiwa,” ungkap Sam WES mengakhiri. (Arf)