JAVASATU.COM- Kolaborasi antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya, dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menghadirkan pendekatan baru dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul di Indonesia melalui pengembangan AI-Based Career Readiness Model.

Pertemuan para peneliti dari tiga lembaga tersebut digelar di Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber (PRKAKS) BRIN Bandung, Jumat (24/10/2025).
Diskusi itu berfokus pada pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) untuk mendukung pengembangan karier mahasiswa tanpa menghilangkan peran manusia.
Kepala Pusat Riset BRIN, Dr. Anto Satriyo Nugroho, menyatakan bahwa AI harus menjadi mitra manusia dalam mengambil keputusan yang lebih tepat dan berbasis data.
“AI bukan hanya alat pintar, tapi jendela baru untuk melihat realitas sosial. Dengan data yang tepat, kita bisa mengambil keputusan yang lebih manusiawi,” ujarnya.
Model AI yang dikembangkan ini menggunakan teknologi machine learning dan natural language processing (NLP) untuk membaca data seperti CV dan video perkenalan mahasiswa, kemudian mencocokkan kompetensinya dengan kebutuhan dunia industri.
Ketua Tim Peneliti RIIM–Kompetisi 2025 Dr. Meithiana Indrasari menegaskan, riset ini bertujuan menciptakan sistem pendidikan tinggi yang lebih adaptif terhadap perkembangan zaman, sekaligus mempertahankan nilai kemanusiaan.
“AI boleh menghitung, tapi manusia tetap yang memutuskan. Yang kita kejar bukan hanya efisiensi, tapi juga makna,” tegasnya.
Selain Unitomo dan Unesa, riset ini melibatkan para peneliti dari BRIN seperti Alda Raharja, S.Kom., M.MT., Tri Handayani, S.Kom., M.S.M., serta akademisi Dr. Eko Pamuji dan Tatak Setiadi, M.A.
Program tersebut merupakan bagian dari Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) yang didanai BRIN untuk periode 2025–2027. Fokusnya adalah mengintegrasikan kebijakan, akademik, dan teknologi kecerdasan buatan dalam satu ekosistem pembelajaran nasional.
Riset ini diharapkan menjadi langkah nyata menuju pendidikan tinggi yang berbasis data, kolaboratif, dan berorientasi pada manusia. Melalui sinergi antara teknologi dan empati, para peneliti yakin Indonesia dapat mencetak SDM unggul yang siap bersaing secara global.
“Teknologi bisa memberi skor, tapi nurani tetap di tangan manusia. Itulah kunci menyiapkan SDM unggul yang tidak kehilangan makna,” pungkas Meithiana. (arf)