JAVASATU.COM- Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bekasi bersama Institut Ilmu Sosial dan Manajemen (Institut STIAMI) berkolaborasi memperkuat kapasitas sumber daya manusia (SDM) sektor pariwisata dan industri hiburan.

Kolaborasi ini diwujudkan melalui kegiatan pembinaan pelaku usaha jasa kepariwisataan dan hiburan umum yang digelar selama dua hari di Kantor Wali Kota Bekasi.
Kegiatan tersebut dihadiri pelaku industri, akademisi, dan perwakilan pemerintah daerah.
Program ini menjadi langkah konkret memperkuat sinergi antara dunia akademik dan praktisi industri pariwisata guna meningkatkan daya saing sektor wisata Bekasi di wilayah metropolitan Jabodetabek.
Kepala Disparbud Kota Bekasi, Dzikron, S.T., M.T., mengatakan pembinaan ini merupakan bagian dari strategi pemerintah daerah untuk mendorong tumbuhnya sektor pariwisata dan kebudayaan di luar identitas Bekasi sebagai kota industri.
“Meski jumlah personel kami terbatas, capaian Disparbud menempati urutan ketiga terbaik di lingkungan Pemerintah Kota Bekasi. Ini menunjukkan potensi besar sektor pariwisata, kebudayaan, dan MICE di Kota Bekasi,” ujar Dzikron, Senin (27/10/2025).
Menurutnya, penguatan SDM dan komunikasi lintas sektor menjadi kunci agar potensi tersebut dapat dikembangkan secara optimal dan berkelanjutan.
Kolaborasi Akademisi dan Pemerintah Daerah
Kegiatan pembinaan ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat Institut STIAMI melalui Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM).
Selama dua hari, peserta mendapatkan pelatihan tentang strategi komunikasi, pelayanan prima, manajemen usaha, serta pengembangan konten promosi kreatif di era digital.
Pada hari pertama, Syubhan Akib, S.H., M.I.Kom, dosen Institut STIAMI, memaparkan materi Marketing Communication Strategy.
Ia menekankan bahwa komunikasi pemasaran bukan sekadar menjual produk, tetapi membangun kepercayaan pelanggan.
“Langkah penting adalah menentukan tujuan komunikasi, mengenali target audiens, merancang pesan utama, memilih media yang tepat, serta melakukan evaluasi berkala,” jelas Syubhan.
Hari kedua diisi oleh Dr. Wulan Furrie, S.I.Kom., M.I.Kom., Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Institut STIAMI, yang menyoroti pentingnya peran komunikasi dalam pengembangan pariwisata dan kebudayaan.
“Komunikasi yang efektif adalah jantung dari industri pariwisata dan MICE. Tanpa komunikasi yang baik, potensi wisata dan nilai budaya tidak akan tersampaikan dengan maksimal,” ungkap Dr. Wulan.
Ia menambahkan, strategi komunikasi berbasis riset dan storytelling digital menjadi kunci dalam menarik minat wisatawan dan membangun citra positif destinasi Bekasi.
Dorong Ekosistem Pariwisata yang Inovatif dan Berkelanjutan
Selain teori, peserta juga dilatih praktik langsung seperti simulasi komunikasi bisnis, pembuatan konten visual pariwisata, dan diskusi dengan praktisi profesional.
Forum ini sekaligus menjadi ruang kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku industri dalam merumuskan ide pengembangan potensi wisata Bekasi, mulai dari sektor kuliner, budaya, hingga pariwisata berbasis komunitas.
“Keberhasilan pariwisata tidak bisa dikerjakan satu pihak saja. Butuh dukungan dunia pendidikan seperti Institut STIAMI yang punya kompetensi di bidang komunikasi dan manajemen publik,” tambah Dzikron.
Dr. Wulan juga menegaskan pentingnya literasi digital bagi pelaku usaha wisata.
“Promosi wisata kini tidak cukup lewat brosur atau baliho. Harus lewat media digital dan storytelling kreatif,” ujarnya.
Sebagai penutup, kedua pihak berkomitmen melanjutkan kerja sama melalui riset terapan, pelatihan lanjutan, dan pendampingan UMKM pariwisata.
Dengan sinergi ini, Bekasi diharapkan mampu membangun ekosistem pariwisata yang inklusif, inovatif, dan berkelanjutan, menjadikan kota ini tak hanya dikenal sebagai kawasan industri, tetapi juga destinasi wisata budaya dan kreatif yang kompetitif. (arf)