JAVASATU.COM- Pemerintah menetapkan Kabupaten Malang sebagai salah satu daerah prioritas nasional dalam program Swasembada Gula 2025. Langkah ini ditandai dengan kegiatan Tanam Perdana Tebu dan Rapat Koordinasi Bongkar Ratoon yang digelar di Desa Sudimoro, Kecamatan Bululawang, Rabu (5/11/2025).

Kegiatan tersebut dipimpin langsung oleh Bupati Malang, Drs. H.M. Sanusi, M.M, bersama Plt. Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Dr. Abdul Roni Angkat, yang menegaskan program bongkar ratoon merupakan strategi pemerintah pusat untuk meningkatkan produktivitas tebu sekaligus menghentikan impor gula konsumsi.
“Kita harus sukseskan kegiatan bongkar ratoon ini untuk mencapai swasembada gula nasional. Ini perintah langsung dari Presiden Prabowo Subianto melalui Menteri Pertanian,” ujar Abdul Roni.
Menurutnya, Kabupaten Malang memiliki potensi besar dengan target 15 ribu hektare lahan tebu pada 2025. Pemerintah menyiapkan berbagai bentuk dukungan, mulai dari bantuan benih, pupuk ZA subsidi khusus, program Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga Rp500 juta, serta pengawalan intensif agar program tidak terkendala di lapangan.
“Pesan Presiden jelas, tahun depan tidak boleh ada impor gula. Dengan semangat Kabupaten Malang, saya yakin target ini bisa tercapai,” tegasnya.
Sementara itu, Bupati Malang Sanusi menyatakan, swasembada gula bukan sekadar program pertanian, melainkan bagian dari strategi besar ketahanan pangan nasional. Ia menyebut, keberhasilan petani tebu menjadi kunci dalam mewujudkan kemandirian ekonomi berbasis sumber daya lokal.
“Kami berterima kasih kepada Presiden Prabowo dan Kementerian Pertanian yang telah membantu petani tebu. Target kami 15 ribu hektare bisa rampung tahun ini, dengan produktivitas naik dari 90 ton menjadi 150 ton per hektare lewat bongkar ratoon,” ujar Sanusi.
Data Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Malang mencatat, hingga 2024 luas areal tebu di wilayah tersebut mencapai 47.015 hektare dengan rata-rata produktivitas 90 ton per hektare. Dua pabrik besar, yakni PG Krebet Baru dan PG Kebonagung, menjadi penopang utama penyerapan tebu rakyat serta penggerak ekonomi daerah.
Program bongkar ratoon, atau peremajaan tanaman tebu, dilakukan dengan mengganti tanaman lama menggunakan bibit unggul baru agar produktivitas meningkat. Metode ini juga mengoptimalkan penggunaan lahan dengan teknologi budidaya modern dan efisiensi pupuk serta air.
“Dengan bongkar ratoon, kualitas tebu dan kadar rendemen gula meningkat, petani lebih sejahtera, dan industri gula nasional makin kuat,” tutup Sanusi. (agb/nuh)