JAVASATU.COM- Pengadilan Negeri (PN) Kepanjen menjatuhkan vonis tiga bulan penjara kepada terdakwa Vania dalam perkara dugaan penganiayaan terhadap Otje Suwandito. Putusan dibacakan dalam sidang yang digelar Senin (22/12/2025) sore di ruang sidang Kartika PN Kepanjen, Kabupaten Malang.

Sidang dipimpin Hakim Ketua Benny Arisandy, S.H., M.H., dengan hakim anggota Gesang Yoga Madyasto, S.H., M.H., dan Suryo Negoro, S.H., M.H. Persidangan berlangsung singkat dan kondusif. Majelis hakim menyatakan Vania terbukti bersalah melakukan penganiayaan, namun menjatuhkan hukuman jauh lebih ringan dari tuntutan jaksa.
Jaksa Penuntut Umum (JPU) sebelumnya menuntut Vania dengan pidana 18 bulan penjara. Atas putusan tiga bulan tersebut, JPU langsung menyatakan banding.
Kuasa hukum korban, Wildan Arief, S.H., M.H., menyebut majelis hakim telah mempertimbangkan unsur pidana secara tepat, namun menilai vonis yang dijatuhkan terlalu ringan.
“Unsur pidana sudah terpenuhi. Persoalannya tinggal pada lamanya hukuman. Tuntutan jaksa 18 bulan diputus tiga bulan. Menurut kami itu sangat rendah dan jauh dari rasa keadilan bagi klien kami,” ujar Wildan usai persidangan.
Wildan menambahkan, kondisi korban yang mengalami dampak kesehatan berkepanjangan seharusnya menjadi pertimbangan pemberatan hukuman. Ia menilai langkah banding JPU sebagai hal yang wajar.
Sementara itu, kuasa hukum terdakwa Vania, Sutoto Winarno, S.H., menyatakan menerima dan menghormati putusan majelis hakim. Ia menilai vonis tersebut sudah mencerminkan keadilan berdasarkan fakta persidangan.
“Terdakwa melakukan pembelaan diri dengan menggigit tangan korban. Luka di kepala korban terjadi akibat perbuatannya sendiri, sehingga tidak dapat dibebankan sebagai tanggung jawab terdakwa,” kata Sutoto.
Terkait banding yang diajukan JPU, pihak terdakwa menyatakan siap mengikuti seluruh proses hukum lanjutan. “Jika JPU mengajukan banding, itu hak mereka. Kami akan menyiapkan kontra memori banding dan berharap putusan ini dikuatkan di tingkat banding,” imbuhnya.
JPU Maharani menjelaskan, banding diajukan karena vonis hakim kurang dari setengah tuntutan yang diajukan jaksa, serta sejumlah pertimbangan tuntutan tidak diakomodasi majelis hakim.
“Putusannya terlalu jauh dari tuntutan kami. Beberapa pertimbangan tidak diambil alih hakim, termasuk soal pembelaan diri. Karena itu kami langsung menyatakan banding,” ujar Maharani.
Proses hukum perkara ini akan berlanjut ke tingkat Pengadilan Tinggi Jawa Timur setelah para pihak menyampaikan memori dan kontra memori banding. (dop/arf)