JAVASATU.COM- Predikat Kota Kreatif Dunia versi UNESCO Creative Cities Network (UCCN) 2025 semakin menegaskan posisi Kota Malang sebagai inspirasi nasional dalam tata kelola keuangan daerah. Terbaru, Kota Malang menjadi tuan rumah Rembug Fiskal APEKSI 2025 bertema “PAD Kota Kita: Bukan Sekadar Angka”, yang digelar di Hotel Mercure Malang, Kamis (6/11/2025).

Forum yang diinisiasi oleh Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) ini menjadi ajang berbagi strategi, praktik baik, dan inovasi pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di berbagai kota. Kota Malang menjadi sorotan karena sukses menggabungkan inovasi digital, pengelolaan aset, dan kreativitas ekonomi dalam memperkuat kemandirian fiskal daerah.
Mewakili Wali Kota Malang Wahyu Hidayat. Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan sekaligus Plh Asisten Administrasi Umum Setda Kota Malang M. Sailendra, menyampaikan apresiasi atas kepercayaan APEKSI menjadikan Malang tuan rumah forum bergengsi tersebut.
“Kemandirian fiskal bukan sekadar angka, tapi cerminan seberapa kuat daerah mengelola potensi lokal dan menggerakkan ekonominya tanpa terlalu bergantung pada pemerintah pusat,” ujar Sailendra dalam siaran tertulis Prokopim Kota Malang.
Menurutnya, di tengah efisiensi anggaran nasional, pemerintah daerah dituntut untuk lebih kreatif menggali potensi PAD melalui pajak, retribusi, serta optimalisasi peran BUMD.
Forum ini juga menjadi momentum kolaborasi antar kota dalam menguatkan inovasi kebijakan fiskal.
“Melalui sinergi dan inovasi, kita bisa wujudkan daerah yang mandiri dan berkelanjutan secara fiskal,” tambah Sailendra.
Sementara itu, Wali Kota Malang Wahyu Hidayat, yang juga menjabat Ketua Komisariat Wilayah IV APEKSI, menegaskan bahwa PAD bukan hanya soal pendapatan daerah, tetapi simbol kreativitas dan kemandirian kota.
“Kota yang kuat secara fiskal adalah kota yang mampu membiayai pembangunan dari kekuatan ekonominya sendiri,” ujarnya.
Kota Malang dinilai berhasil menunjukkan praktik baik dalam pengelolaan PAD melalui Command Center Bapenda, yang menjadi pusat kendali digital pajak daerah, serta Galeri Mbois yang memanfaatkan aset kota sebagai ruang produktif bagi pelaku UMKM dan ekonomi kreatif.
Selain itu, peserta forum diajak melakukan kunjungan lapangan ke Malang Creative Center (MCC), salah satu ikon inovasi dan kolaborasi lintas sektor di Kota Malang. Lokasi ini menjadi bukti bagaimana ekosistem kreatif dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan memperluas basis PAD tanpa membebani masyarakat.
Dalam forum tersebut, APEKSI juga meluncurkan buku seri praktik baik berjudul “PAD Kota Kita: Bukan Sekadar Angka” yang merangkum strategi pengelolaan PAD di berbagai kota anggota APEKSI. Buku ini mencakup empat klaster utama: inovasi digital, reformasi kelembagaan, pemanfaatan aset daerah, serta klaster kota dengan lompatan besar bagi daerah dengan fiskal rendah namun progresif. (arf)