JAVASATU.COM- Wakil Wali Kota Kediri Qowimuddin menekankan pentingnya sinergi antar instansi pemerintah dalam pengendalian inflasi menjelang Natal dan Tahun Baru 2026. Arahan ini disampaikan dalam High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Kediri di Balai Kota Kediri, Kamis (20/11/2025).

HLM TPID membahas beberapa langkah strategis, termasuk penjaminan ketersediaan bahan pokok, kolaborasi OPD dengan BULOG untuk Operasi Pasar Murni (OPM) dan Gerakan Pangan Murah (GPM), serta koordinasi dengan Polres Kediri Kota untuk kelancaran distribusi barang dan arus lalu lintas. Tujuannya, agar inflasi Kota Kediri tetap berada pada rentang 1,5–3,5% dan daya beli masyarakat terjaga.
Berdasarkan data BPS Kota Kediri, inflasi Oktober 2025 mencapai 0,40% month-to-month, di atas rerata Jawa Timur 0,30% dan nasional 0,28%. Inflasi year-to-date sebesar 1,98%, setara inflasi Jatim dan di bawah nasional 2,10%. Inflasi year-on-year sebesar 2,68%, sedikit di bawah rerata Jatim 2,69% dan nasional 2,86%.
Komoditas penyumbang utama inflasi meliputi emas perhiasan, telur ayam ras, cabai merah, apel, daging ayam dan sapi, bawang merah, rokok, buncis, beras, dan sepeda motor.
Gus Qowim menekankan kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil signifikan setiap bulannya.
“Berharap melalui kolaborasi TPID, Roadmap Pengendalian Inflasi 2025–2027 dapat diwujudkan sebagai komitmen menjaga stabilitas harga dan akselerasi pertumbuhan ekonomi Kota Kediri,’ ujar Gus Qowim.
Kepala KPwBI Kediri, Yayat Cadarajat, menambahkan prediksi inflasi 2026 masih berada dalam sasaran 2,5% plus-minus 1%, dengan tantangan jangka pendek berupa peningkatan permintaan menjelang hari besar dan efektivitas stabilisasi harga. Tantangan jangka panjang meliputi perbaikan produktivitas pangan, kelancaran distribusi, integrasi data harga dan pasokan, serta optimalisasi strategi 4K untuk pengendalian inflasi. (kur/arf)