Javasatu,Batu- Walikota Batu Dewanti Rumpoko memberikan dukungan terhadap langkah petani muda desa Pesanggrahan Kota Batu Jawa Timur dalam program pemberdayaan petani Sawah Rojo Art Farming.
Dukungan tersebut salah satunya ditunjukkan Dewanti Rumpoko melalui keterlibatannya dengan membuka dan sekaligus mengikuti kegiatan edukasi dan pengalaman bercocok tanam (Farming Education & Experiences) di atas lahan 4 Hektar.
Dengan hadirnya Sawah Rojo Art Farming ini, Dewanti berharap sebuah ikon pertanian yang memadukan Teknologi & Seni destinasi baru ini berhasil sukses, baik untuk petani, ekonomi maupun untuk keindahan alamnya.
“Petani muda harus kita support, Dinas pertanian harus memberikan pendampingan, sebab program pemberdayaan petani ini yang dicanangkan Sawah Rojo ini adalah bagus, bagus untuk ekonomi, dan bagus untuk keindahan” kata Dewanti Rumpoko saat ditemui usai melaunching pemberdayaan petani Sawah Rojo Art Farming, Minggu (8/11/2020) siang.
Selain itu Dewanti juga berpesan agar pengelola banyak inovasi baru, ada edukasi dan wisatanya karena Sawah Rojo Art Farming sebagai manajemen pengelola lahan petani yang menawarkan kepada masyarakat luas dan wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu untuk mengikuti kegiatan edukasi dan pengalaman bercocok tanam, seperti menanam bibit, merawat lahan hingga memanen hasil pertanian.
Sawah Rojo Art Farming, Terapkan Sistem Sewa Kelola Lahan
Sedangkan, Herman Aga Management ‘Sawah Rojo Art Farming’ mengatakan tempat yang telah di launching walikota Batu itu adalah sebuah ikon pertanian yang memadukan Teknologi & Seni sebagai destinasi baru yang sangat bagus ke depannya.
“Manajemen menerapkan sistem membership sewa Kelola Lahan dengan berbagai paket ukuran lahan yaitu Luas 50 Meter Persegi dengan harga sewa Rp 3.juta dan Luas 100 Meter Persegi dengan harga sewa Rp 5 juta dengan masa sewa selama tiga bulan” kata Herman Aga.
Lanjut dia, Selama masa sewa sudah dihasilkan sayuran dan buah-buahan siap panen dan sepenuhnya adalah hak para member. Degan harga paket sewa kelola lahan tersebut para member sudah mendapatkan fasilitas perawatan lahan selama tiga bulan.
“Tersedia 27 lebih varian tanaman seperti varian tomat, varian cabe, varian wortel, varian jagung, paprika, kacang panjang, terong ungu, okra, padi merah, kubis, pacoi, kailan, andewi, slada krop dan masih banyak lagi” rincinya.
Imbuhnya, tentunya sangat menyehatkan tubuh bila dikonsumsi, dan khusus para member berhak mendapatkan Free Lunch ala desa setiap bulannya.
“Konsep Sewa Kola Lahan ini sebagai alternatif solusi bagi permasalahan petani saat ini, dimana saat panen raya tiba, bisa dipastikan harga hasil pertanian anjlok. Melalui program Sawah Rojo diharapkan ada kepastian bayar di muka dari para member yang menjadikan aktifitas berkebun sebagai rekreasi keluarga” ungkapnya.
Memotivasi Petani Milenial Demi Tanah Kelahirannya dan Ketahanan Pangan
Menurutnya, tidak adanya akses pasar langsung ke konsumen, namun dengan para member Sawah Rojo Art Farming yang bersedia membayar paket sewa kelola lahan didepan menjadikan petani sedikit bernafas lega.
Para member yang hadir tentunya akan membawa jejaring baru bagi petani, sangat dimungkinkan adanya peluang kerjasama lebih jauh lagi dengan petani seperti terbukanya akses pasar langsung hingga kerjasama strategis lainnya yang bersifat Business To Business (B2).
“Transfer knowledge juga akan terjadi secara alamiah, saling tukar pengalaman dan keilmuan antara para member dengan petani, baik dalam dalam hal teknologi pertanian hingga kisah – kisah kehidupan lainnya” imbuh Herman
Dengan hadirnya program Sawah Rojo ini kata dia, diharapkan menjadi motivasi bagi petani muda di desa untuk berkarya dimana dia dibesarkan di tanah kelahirannya sendiri, tidak perlu berkarir ke kota, sebab banyak potensi desa bila dioptimalkan akan menjadi pusat perekonomian yang luar biasa dan tetap ramah lingkungan, menjaga konservasi lahan dan senantiasa mempertahankan Local Wisdom.
“Dengan adanya konsep yang kongkrit ini petani tidak akan lagi menjual lahan nya untuk dijadikan perumahan dan praktis alih fungsi lahan tidak akan terjadi” kata Herman.
Ia juga mengungkapkan, Banyak petani yang mengaku bahwa untuk mengerjakan lahan seluas 1.000 Meter kubik dengan cara konvensional, hasilnya sangatlah tidak mencukupi, namun melalui program Sawah Rojo, penghasilan petani bisa tumbuh signifikan.
Sawah Rojo sebagai manajemen professional, lanjut dia tengah melibatkan generasi milenial desa sebagai petani muda yang siap meneruskan perjuangan nenek moyangnya dalam menjaga ketahan pangan.
“Tentunya dengan model pertanian kekinian. Semangat ini terus di dorong oleh berbagai pihak, termasuk peran Ibu Walikota Batu yang tiada henti mensupport generasi penerus petani sebagai petani milenial yang tangguh, dan tentunya telah dipersiapkan program Inkubasi Bisnis Teknologi Kreatif” pungkasnya. (Yon/Arf)
Comments 5