JAVASATU.COM- Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Malang kembali menggulirkan program pemberdayaan ekonomi perempuan berbasis potensi lokal. Kali ini, sebanyak 30 perempuan di Desa Sukowilangun, Kecamatan Kalipare, mendapatkan pelatihan mengolah singkong menjadi produk bernilai jual tinggi, yakni modified cassava flour (mocaf).

Pelatihan yang digelar melalui Bidang Pelatihan dan Produktivitas (Lattas) Disnaker ini berlangsung selama lima hari, mulai Senin-Jumat (22-26/7/2019). Pesertanya sebagian besar merupakan ibu rumah tangga dan mantan buruh migran yang kini ingin mandiri secara ekonomi.
Mocaf, atau tepung singkong termodifikasi, merupakan alternatif pengganti tepung terigu yang lebih sehat karena bebas gluten. Selain memiliki nilai gizi yang baik, mocaf juga memiliki harga jual yang menjanjikan.
Di pasaran, tepung ini dihargai sekitar Rp 14 ribu per 500 gram. Produk olahan berbahan dasar mocaf, seperti brownies dan cake, bahkan dapat dijual hingga Rp 25 ribu per kotak.
Salah satu peserta pelatihan, Marlin, menyebut proses pembuatan mocaf relatif mudah dilakukan dengan peralatan rumah tangga.
“Singkong dipilih yang kualitasnya bagus, lalu dikupas, dicuci, dan direndam dengan air yang sudah diberi enzim khusus. Setelah semalam direndam, singkong dijemur hingga kering, lalu digiling dan diayak menjadi tepung,” jelasnya.

Pelatihan tidak berhenti di tahap produksi mocaf saja. Para peserta juga diajarkan cara mengolah mocaf menjadi berbagai jenis makanan bernilai jual tinggi.
Di bawah bimbingan Shinta, seorang pelaku usaha kuliner berbahan dasar mocaf, para peserta praktik membuat brownies cokelat yang lembut dan gurih.
“Prosesnya sama seperti pakai terigu, hanya bahannya diganti mocaf. Rasanya tetap enak dan lebih sehat,” ujar Shinta.

Kepala Bidang Lattas Disnaker, Mochamad Yekti Pracoyo, menuturkan bahwa pelatihan ini baru difokuskan di Desa Sukowilangun karena daerah tersebut memiliki potensi produksi singkong yang besar. Namun pihaknya berkomitmen memperluas program serupa ke wilayah lain.
“Kami ingin kegiatan ini berkelanjutan. Tidak hanya pelatihan, tapi juga pendampingan produksi hingga pemasaran,” ungkap Yekti.
Tak hanya itu, Disnaker juga menghadirkan perwakilan dari Bank Jatim dalam sesi pelatihan untuk memberikan edukasi seputar akses permodalan.
Sementara dari unsur Pemkab Malang, turut hadir perwakilan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) untuk memberikan wawasan terkait jaringan distribusi produk lokal.
“Semua pihak kami libatkan agar para peserta tidak berhenti pada level produksi saja. Kami kawal hingga mereka bisa memasarkan produknya secara mandiri, bahkan bisa menembus pasar yang lebih luas,” tambah Yekti.
Program ini menjadi bukti nyata pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal dan tepat sasaran, sekaligus wujud komitmen Pemkab Malang dalam menciptakan kemandirian ekonomi masyarakat desa, khususnya bagi perempuan yang selama ini kurang terlibat dalam aktivitas produktif.
Dengan pelatihan ini, para peserta tidak hanya mendapatkan keterampilan teknis, tetapi juga motivasi dan jejaring untuk membangun usaha berbasis potensi desa. Harapannya, mocaf bisa menjadi produk unggulan Kalipare yang mampu bersaing di pasar lokal maupun nasional. (Ayu)