JAVASATU-MALANG- Sepertinya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas yang diberlakukan pagi dan berakhir sebelum jam 12 siang, membuat VV (bukan nama sebenarnya) banyak kesempatan untuk menjajakan seksnya.
Penelusuran media ini, Anak Baru Gede (ABG) yang berstatus pelajar SLTA di salah satu sekolah di ‘Malang Raya’ ini harus pandai-pandai mengatur waktu. Pelajar yang cantik ini, pagi sekolah, siangnya melayani ‘pria hidung belang’. Itulah kebiasaan hidup baru VV di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
VV dalam menjual kemolekan tubuhnya melalui media sosial (medsos) dan offline, itu hanya berlaku siang dan sore saja, sementara malam tidak bisa Open alias Off, karena orang tuanya tidak mengizinkan anaknya keluyuran pada malam hari, bahkan hingga saat ini orang tuanyapun tidak mengetahui jika anaknya telah buka praktik sebagai pelayan ‘pria hidung belang’.
Di sekolah penampilan VV biasa saja, tidak glamor dan tidak ada yang aneh. Guru dan temannya tidak banyak yang tahu jika VV menjalani profesi seperti ini. Kini rambutnya telah di cat warna selain hitam, serta ada sedikit tato dibagian tubuhnya, semua tidak tampak. karena ketika di sekolah VV selalu berjilbab, berusaha menjadi pelajar yang baik.
VV mengaku, dalam meramaikan bisnis syahwatnya, bisa dibilang laris manis, selain tarifnya murah, wajahnyapun sangat cantik dan bisa dibilang masih ‘orisinil’. Gadis dengan berat badan tak lebih dari 50 kilogram ini mampu bersaing.
Dalam hal memberikan servis, VV tidak kalah dengan yang profesional dewasa, selalu memberikan pelayanan yang terbaik. tarifnya murah, mulai Rp 350 ribu sudah termasuk sewa kamar, tergantung nego diawal.
Setelah selesai urusan syahwat, pelajar ini selalu meninggalkan nomor kontak yang bisa dihubungi. Hal ini memudahkan jika sewaktu-waktu ingin kembali.
Pekerjaan seperti ini, bagi VV, bukan sesuatu pilihan, karena hanya faktor ekonomilah ia harus terpaksa memilih terjun ke bisnis esek-esek, demi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Saya ingin menjadi orang yang baik, menjadi yang normal, layaknya masyarakat lainnya. ini pekerjaan untuk menyambung hidup” kata VV kepada tim Javasatu.com, Minggu (26/9/2021).
Pekerjaan yang ia tekuni, bukanlah sesuatu yang menyenangkan, tapi kadang berbuah pahit.
“Vila yang sudah di booking, ternyata laki-lakinya tidak datang, maka itu menjadi tanggung jawab saya. dan saya dibebani harus membayar. itulah risikonya menjalani pekerjaan ini” kata VV.
Praktik sebagai wanita pemuas nafsu, menurut dirinya selalu mengedepankan servis yang baik, Tarif Rp 350 ribu sekali kencan, dua kali kencan Rp 500 ribu, semuanya sudah include kamar, tapi bayar didepan sebelum main.
“Di hotel, apartemen dan Vila, biaya sewa kamarnya bisa murah, karena berlaku short time, berkisar Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu. meski hotel tersebut di depan di tulis check in Rp 350 ribu, tapi kita bayar cuma Rp 100 ribu” ungkap VV.
Baca Juga:
-
Met Gala 2021 Juga Jadi Ajang Tampilnya Busana Politis – Kliktimes.com
-
Ini Lima Modus Penipuan Online, Waspadalah..Waspadalah.. – Kliktimes.com
Agar tidak ribet, kata dia, pemesan pemuas seks harus membayar di depan sebelum main. Namun kalau sudah menjadi pelanggan, pembayaran bisa dilakukan dibelakang, bagi VV oke-oke saja.
“Pembayaran dibelakang meski sudah menjadi pelanggan tetap berisiko. Saya pernah main dengan laki-laki yang rencananya mau main dua kali kencan. tetapi usai kencan pertama selesai ia pamit beli rokok. tetapi ditunggu lama tidak kunjung datang, alias dikemplang. orangnya minggat tidak punya duit, akhirnya saya yang bayar kamar” katanya. (Yon/Saf)