JAVASATU.COM-TUBAN- Universitas Brawijaya (UB) meluncurkannya program KKN berbentuk Mahasiswa Membangun Desa (MMD) oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat – Universitas Brawijaya (LPPM-UB) sebagai komando. Tugasnya memberi konstribusi nyata pada masyarakat pedalaman yang masih perlu pendampingan untuk terus meningkatkan taraf hidupnya dari berbagai sisi seperti pendidikan, religiusitas, karakter, pertanian, peternakan, pelestarian lingkungan dan ekonomi.
Melalui program hibah pengabdian kepada masyarakat strategis 1.000 desa, kelompok pengabdian yang diketuai Khalid Rahman, S.Pd.I., M.Pd.I. dengan anggota Dr.George Towar Ikbal Tawakkal, M.Si., Albar Adetary Hasibuan, M.Phil., dan AhmadZaki Fadlur Rohman, S.IP., M.A. melaksanakan program peningkatan kualitas pendidikan melalui literasi dan digitalisasi sumber belajar berbasis Kurikulum Merdeka di Desa Tenggerwetan, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban.
“Di desa Tenggerwetan, kegiatan awalnya akan dilaksanakan di Masjid desa Tenggerwetan, karena kondisi yang kurang kondusif, maka program dilaksanakan di SDN Tenggerwetan 1 No. 453 dengan izin pak Imam selaku Kepala Sekolah,” kata Ketua Kelompok Pengabdian Masyarakat di Desa Tenggerwetan, Khalid Rahman, Sabtu (29/7/2023).
Khalid Rahman mengungkapkan, menurut penuturan Kepala SDN Tenggerwetan 1, Imam, kualitas pendidikan di lembaganya membutuhkan pendalaman Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang mengarah pada pendidikan karakter sebagai warga bangsa negara Indonesia.
“Pendidikan tidak sekedar sederet nilai-nilai angka pada rapot peserta didik, namun lebih pada nilai karakter sebagai warga negara yang baik dalam menyongsong kemajuan bangsa, masyarakat yang beradab dan menjunjung tinggi keadilan sosial. Sebagai mana termaktub pada lirik lagu P5 yaitu pelajar Pancasila beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Esa dan Berakhlak Mulia, Ber-Kebhinnekaan Global, Gotong Royong, Mandiri, Kreatif dan Bernalar Kritis,” terangnya.
Khalid juga mengungkapkan, ada beberapa kendala yang dihadapi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di desa Tenggerwetan salah satunya adalah sinyal selular dari berbagai provider yang tower pemancarnya belum ada satu pun.
“Masyarakat desa Tenggerwetan mendapatkan sinyal selular hanya mengandalkan jaringan wifi yang dijualbelikan berbentuk voucher oleh usahawan lokal yang sinyalnya terbatas. Masyarakat dan Guru-guru di sekolah berharap ada provider selular yang memasang tower pemancarnya di desa Tenggerwetan,” ungkap khalid.
Dengan keterbatasan akses internet yang ada, Tim Dosen Pengabdian UB menawarkan untuk memperbesar bandwidth yang ada, terutama untuk sekolah.
“Namun pihak sekolah SDN Tenggerwetan 1 yang diwakili Pak Teguh, usaha itu sudah dilakukan namun tidak membuahkan hasil yang baik, seolah ada monopoli ketersediaan jual beli sinyal wifi,” ujarnya.
Maka usaha awal yang mampu diberikan oleh Tim Pengadian adalah menambah router yang ada di sekolah agar sinyal wifi yang ada bisa terjangkau dengan luas. Selain itu, kata Khalid, Tim Dosen Pengabdian akan berkirim surat untuk para provider agar merespon baik keresahan masyarakat dan guru-guru terkait sinyal selular terutama untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang berbasis digital dan internet.
“Jika dilihat dari kondisi Pendidik atau Guru di SDN Tenggerwetan 1 sudah luar biasa mereka memiliki potensi yang kreatif salah satunya sudah berusaha membuat website sekolah tenggersatu.id namun dukungan infrastuktur harus terus ditingkatkan agar mereka tetap semangat mendidik generasi penerus bangsa,” urainya.
Dengan segala kondisi Tim Pengabdian kepada masyarakat 1.000 desa tidak patah arang. Khalid bersama timnya, mendatangkan Pelatih Kurikulum Merdeka tingkat nasional yaitu Galih Puji Mulyoto, M.Pd. dan Tutor Pendidikan Profesi Guru (PPG), Albar Adetary Hasibuan untuk mendampingi pembuatan modul ajar dan modul proyek.
“Tentunya diawali dengan penyusunan capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran hingga merancang pembelajaran dan jadwal pelajaran,” ulas Galih Puji Mulyoto.
Menurut Galih, karena kurikulum merdeka adalah urgen untuk mendongkrak kualitas pendidikan setelah menghadapi krisis Pandemi Covid-19, ancaman konten negatif di dunia digital, tekanan finansial di institusi pendidikan, akses digital di semua industri dan pembaharuan keterampilan di dunia digital yang membutuhkan cybersecurity (Analisa Kearney).
Lanjut Galih, kurikulum merdeka menghantarkan anak didik siap menghadapi tantangan zamannya dengan tetap mewarisi nilai dan budaya karakter bangsa Indonesia, hingga siap memerankan diri di zamannya dengan tetap religius dan rahmatan lil ‘alamain.
Albar Adetary yang juga dosen Pancasila di Universitas Brawijaya menambahkan, pada prinsipnya kurikulum merdeka itu sederhana, fokus pada kompetensi dan karakter semua peserta didik, fleksibel, selaras, bergotong royong, dan memperhatikan hasil kajian serta umpan balik.
Dari pelatihan dan pendampingan yang diberikan oleh Tim Dosen Pengabdian kepada masyarakat strategis 1.000 desa, akan menghasilkan luaran modul, perbaikan website sekolah dan aplikasi android untuk akses sumber belajar berbasis kurikulum merdeka.
Harapan tim juga agar Universitas Brawijaya bisa membangun kerjasama berkelanjutan untuk terus memajukan desa Tenggerwetan kecamatan Kerek kabupaten Tuban, tidak hanya pada aspek pendidikan tetapi juga aspek yang lainnya. (Dop/Arf)