JAVASATU.COM- Universitas Indonesia (UI) menggelar The 9th International Conference on Strategic and Global Studies (ICSGS) di Kitakyushu, Jepang, pada 19-20 Juli 2025. Acara ini merupakan kolaborasi strategis antara UI, Kyushu International University (KIU) Jepang, Utrecht University Belanda, dan CIEFD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Konferensi internasional tahunan ini melibatkan lebih dari 100 peserta dari 15 negara dan mengangkat tema: “Transisi Pembangunan dan Perubahan Sosial di Jepang dan Asia: Membangun keberlanjutan, inovasi, dan kemitraan global untuk masa depan yang sejahtera.” Tujuan utama konferensi ini adalah memberikan kritik awal dan evaluasi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) menjelang tenggat 2030.
Rektor UI, Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah dalam sambutannya menekankan pentingnya berpikir melampaui SDGs.
“Kecepatan luar biasa dalam pengembangan industri dan teknologi telah membentuk ulang lanskap sosial dan ekonomi global. Kolaborasi antara UI dan berbagai universitas Jepang menjadi contoh nyata bagaimana kerja sama Utara-Selatan dapat terjalin secara adil dan interdisipliner,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Kantor Internasional KIU, Prof. Nicholas Kemp, menyampaikan harapannya agar kerja sama ini tidak berhenti di satu acara.
“Kami berharap ada kerja sama lintas fakultas di masa depan yang lebih erat,” katanya.
Acara yang digelar secara hybrid ini menarik perhatian luas dari kalangan akademisi Jepang. Bahkan, konferensi ini turut memberi dampak pada sektor wisata dan branding akademik Kota Kitakyushu yang selama ini kalah pamor dibanding kota besar lain di Jepang.
Salah satu hal menarik dalam ICSGS 2025 adalah fokus pada isu halal. Dari tujuh panel diskusi utama, dua panel membahas secara khusus tentang sertifikasi halal dan potensi industri halal di Asia Timur dan ASEAN. Kedua panel tersebut mendapat dukungan dana dari JSPS Kakenhi, lembaga riset nasional Jepang.
“Fukuoka sebagai wilayah strategis Asia Timur masih memiliki pekerjaan rumah, salah satunya terkait infrastruktur bandara yang belum optimal untuk menjawab kebutuhan wisatawan mancanegara,” ujar Prof. Tatsuo Hatta, salah satu panelis dari Jepang.
Konferensi ini terdiri atas tujuh panel utama dan sepuluh sesi paralel yang membahas berbagai topik, antara lain:
-
Strategi pencapaian SDGs 2030
-
Ketahanan komunitas terhadap tantangan sosial dan ekologis
-
Sertifikasi halal di era global
-
Industri halal dan bisnis baru di ASEAN dan Jepang
-
Pengembangan industri dan masa depan kota hijau
-
Tenaga kerja, mobilitas, dan pembangunan komunitas
-
Hubungan Indonesia-Jepang
Plt. Direktur Sekolah Kajian Stratejik (SKSG) dan Global UI, Prof. Dr. Drs. Supriatna MT, menyatakan bahwa kolaborasi dan strategi ketahanan sangat penting di tengah dunia global yang terus berubah.
“Konferensi ini menjadi ruang strategis bagi para akademisi, profesional, mahasiswa, dan pejabat pemerintah untuk saling berbagi wawasan yang dapat diterjemahkan menjadi aksi nyata,” ujarnya.
Menutup konferensi, Dr. Fuad Ghani selaku Plt. Wakil Direktur SKSG UI menyampaikan pentingnya kolaborasi untuk melanjutkan semangat SDGs ke arah yang lebih relevan.
“Tidak boleh ada yang tertinggal. Kita maju bersama. Konferensi ini bukan hanya tentang dua universitas, tetapi tentang dua bangsa yang berkolaborasi,” ujarnya di KIU Hall.
Dengan semangat kolaboratif ini, UI berharap ICSGS terus menjadi pelantar internasional yang memperkuat jejaring akademik dan kontribusi nyata terhadap masa depan pembangunan global. (arf)