Javasatu,Malang- Wanita berpangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP), memiliki nama lengkap Diyana Suci Listyawati. Dia merupakan wanita pertama yang menjabat Kepala Kesatuan Lalu Lintas (Kasatlantas) di Kepolisian Resor (Polres) Malang.
Wanita berparas ayu nan berwibawa itu menganggap bahwa tugas tidak perlu memandang gender dan baiknya fokus bertugas demi negara.
“Ketika saya memakai lencana ini, saya tidak mengedepankan gender. Hanya kebetulan saja gender saya perempuan, yang saya kedepankan jika tugas saya sebagai polisi itu tuntas” kata Diyana saat ditemui javasatu di Mako Polres Malang.
Sebelum menjadi seorang anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), Diyana sebetulnya mempunyai cita-cita bekerja di luar negeri, namun karena ia lebih patuh terhadap keinginan orang tua, maka segala perintahnya dilakoninya. Termasuk harus meniti karir sebagai Taruni Akademi Kepolisian tahun 2004 hingga 2007 lalu.
“Saya bercita-cita bekerja di luar negeri, lalu orang tua saya mengarahkan jika saya harus mengabdi di kepolisian. Pertama lulus langsung ditempatkan di Polda Metro Jaya. Dulu di Akpol saya Taruni angkatan ketiga, jadi jumlah kami waktu itu baru satu pleton dari 10 pleton di angkatan. Jumlah taruni ada 30 orang dan tarunanya 270 orang” terangnya.
Rupanya sebagai anak penurut orang tua adalah bekal kesuksesan meraih impiannya. Karena pada tahun 2011 sampai 2014, Diyana dipercaya mengemban tugas menjadi Sekretaris Pribadi (Sekpri) Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, di Den Haag, Belanda. “Dan saya keturutan kerja di luar negeri” cetus Diyana.
Ditanya siapa sosok yang paling diidolakan dalam hidupnya, terutama dalam menunjang karir dan membina keluarganya. Diyana menyebut dari pengalaman bertugas mendampingi dan melihat kinerja Menlu yang bisa menjadi panutan dalam pribadinya.
“Beliaulah (Retno Marsudi,red) yang memberikan inspirasi bahwa wanita bisa berkarir dengan baik tanpa harus mengorbankan Keluarga. Saya juga bisa melihat bagaimana beliau berkarir dan bersama keluarga. Semua bisa berjalan bersamaan dan tidak perlu ada yang dikorbankan kok” jelasnya.
Lantas bagaimana Diyana membagi kebahagiaan antara tugas dan kewajiban sebagai seorang ibu rumah tangga dan tetap bisa merawat anak-anaknya.
“Keluarga ada faktor utama dalam support sistem kita, jadi keberadaan saya sekarang itu ya karena keluarga, itu sangat mendukung. Suami saya sendiri adalah orang yang sangat mendukung sekali dengan keberadaan saya sebagai petugas sekarang” ujarnya.
Diakui oleh Diyana, waktu berkumpul dengan keluarga adalah hal yang tidak bisa ditinggalkan, namun bagaimana menggunakan waktu sebaik-baiknya dalam mengolah kesempatan tersebut.
“Tapi, ketika kuantitas waktu lebih sedikit tapi kualitasnya yang bisa kita maksimalkan, saya kira itu yang bisa menjaga keharmonisan dalam membina sebuah keluarga. Jadi ketika saya banyak di kantor, saya optimalkan ketika ada di rumah itu” lanjutnya.
Namun jika Diyana benar-benar tidak ada waktu untuk di rumah, mereka kompakan bersama keluarga ikut dalam kegiatan dinas. Contohnya saat patroli ia mengajak suami untuk melihat jika tugasnya seperti apa.
“Kalau anak saya ajak saat ada pelayanan tamu, sehingga saya bisa melaksanakan tugas dan paling tidak saya bisa melihat anak saya” jelasnya.
Diyana juga paham sekali dengan tugasnya sebagai perwira pemegang kebijakan, itu disadarinya sejak lulus Akpol dan saat itu usianya masih terbilang cukup muda sekali masih berusia 20 tahun.
“Karena kita diposisi sudah harus pembuat keputusan meskipun masih perwira pertama, tapi juga harus bisa menentukan satu kebijakan. Itulah tantangan pertama dimana kita sebenarnya masih hijau tapi harus berfikir dan bertindak jauh diluar batas usia kita” sambungnya.
Masih Diyana yang pasti mempunyai suka duka dalam mengemban tugas mengabdi kepada negara, menyelesaikan tugas dengan baik dan bisa berbaur dengan orang lain, itu sedikit cerita yang bisa dikaguminya.
“Harus siap ditempatkan dimana saja, dan setelah ditempatkan maka harus segera bisa menguasai medan yang ada. Hidup kita jadi bervariasi dan tidak monoton, kita juga berdinasnya muter-muter itu juga ada sisi enaknya juga” imbuh wanita kelahiran Kabupaten Batang, Jawa Tengah ini.
Wanita tegar yang kini berusia 32 tahun itu bersyukur bisa berdinas di Polres Malang, selain wilayahnya yang luas juga harus menguasai medan, geografis, topografi dan demografis yang beraneka ragam.
“Menurut saya itu benar-benar tantangan yang memang harus bisa dipelajari dan diatasi. Tapi dengan bimbingan Pak Kapolres sebagai pimpinan dan senior, juga rekan-rekan kerja yang lain sehingga sedikit demi sedikit kita menguasai dan atasi di Kabupaten Malang ini” tegasnya.
Masih tergolong baru di jajaran kepolisian Resorr Malang, Diyana juga dikenal sebagai salah satu kepala satuan yang inovatif. Meski begitu tidak lantas bangga dan puas dengan hasil karyanya. Semua itu dianggapnya sebagai tugas dalam mengemban pelayanan terhadap masyarakat.
“Jadi ketika masyarakat itu berkembang, otomatis kita juga ikut berkembang. Perkembangan itu sendiri sering disebut inovasi, jadi lebih tepatnya kita ingin lebih dekat dengan masyarakat, kita bisa memberikan pelayanan lebih pada masyarakat makanya kita melakukan pengembangan itu yang disebut inovasi” tukasnya.
Diyana Hadirkan ‘Samsat Jelita’
Sementara itu Kapolres Malang, AKBP Hendri Umar, juga mengapresiasi kinerja Diyana. Meski perempuan (polwan,red), dalam menjalankan tugas Diyana tidaklah kalah dengan Polki (Polisi Laki-laki).
“Dalam kondisi seperti ini (COVID-19,red) tetap ada inovasi-inovasi yang dilakukan. Contohnya sekarang Samsat Jelita, itu samsat jelajah kampung yang khusus ditaruh di kampung-kampung tangguh yang di wilayah Malang Selatan. Hasilnya juga sangat signifikan, mungkin setiap ada Samsat Jelita ini ada pembayaran pajak sampai 200 wajib pajak bisa dibayarkan” bebernya.
Dalam setiap kegiatan, Diyana juga memiliki kinerja yang tidak kalah cepat dengan yang laki-laki saat mendapatkan perintah-perintah untuk pengaturan jalan sampai penguraian kemacetan.
“Jadi saat saya perintahkan maka saat itu juga dilaksanakan, bahkan yang bersangkutan sendiri yang turun ke lapangan untuk benar-benar anggotanya melaksanakan tugasnya” tambah Hendri.
Hendri juga sangat menghormati bawahannya (Diyana,red) dalam hal tugas terutama jika berdinas melebihi batas waktu tertentu.
“Kalau sudah malam, ada tugas sampai malam, jam sepuluh saya suruh pulang itu namun dianya (Diyana,red) sendiri yang gak mau, rupanya dia sendiri yang mau menyelesaikan tugas sampai selesai,” pungkas Hendri. (Pro/Agb)
Comments 2