Javasatu,Malang- Ternyata Raja Keraton Agung Sejagat, Toto Santoso yang kerajaanya berdiri di Desa Pogung Juru Tengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, rajanya berasal dari Dusun Meduran, Desa Wonokerto, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang.
Yang berani menyakinkan siapa sebenarnya si Raja Agung Sejagat itu adalah Tirmidi Kuswanto, seorang Kepala Desa Wonokerto, Kabupaten Malang, ia meyakini bahwa dia (Toto Santoso,red) adalah kawan di masa mudanya.
Menurut Tirmidi, nama asli dari Toto Santoso adalah Joko Santoso, bahkan kenangan lewat foto bersamanya ia punyai, yang diabadikan pada tahun 2008 silam.
“Sepengetahuan saya kalau nama aslinya Toto Santoso, tetapi kok berubah menjadi Joko Santoso. Namun saya yakin, dari suara dan gaya bicaranya di televisi waktu itu, nama itu betul Toto Santoso teman saya mengaji dulu,” terang Tirmidi, Senin (27/1/2020).
Tirmidi ingat betul liku-liku perjalanan Toto atau Joko yang sejak tahun 2008 sudah meninggalkan Desa Wonokerto.
“Toto atau Joko juga teman saya sewaktu ikut grup sholawatan Al-Ma’ruf namanya. Grup ini pimpinan Pak Sugeng Prayitno. Nah setelah terjun ke dunia bisnis jual beli mobil, Toto atau Joko ini pergi entah kemana, sampai sekarang kami tak pernah ketemu. Tahu-tahu ada kabar heboh tentang Kerajaan Agung Sejagat,” urai Tirmidi.
Tirmidi menambahkan, Joko alias Toto ini adalah anak tunggal yang lahir dari pasangan almarhum Paiman, dan ibunya bernama Hamami (70). Ibu kandung Joko saat ini masih sehat dan bekerja sebagai pedagang buah di pasar kecil Wonokerto.
Masih Tirmidi, kisah Joko tidak cukup hafal sampai disitu saja, perjalanan pernikahan sang ‘raja’, sampai mempunyai dua anak hingga perceraian dengan wanita asal Gondanglegi itu masih diingatnya.
“Usai ditangkapnya Joko Santoso oleh Polda Jawa Tengah, warga Wonokerto sempat dibuat heboh. Pasalnya, warga yang menyaksikan lewat televisi itu mengenal betul wajah Toto ditambah lagi dia merupakan cucu ulama kharismatik di Desa Wonokerto, Bantur,”imbuhnya
“Untuk tingkat keberaniannya saya sangat salut dan bangga. Karena warga asli Wonokerto bisa hebohkan dunia. Tetapi dengan modus bentuk lain, itu yang kami sayangkan,” sesal Tirmidi.(Agb/Arf)