JAVASATU.COM- Seni bukan hanya media ekspresi, tetapi juga jembatan inklusi bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Prinsip inilah yang dipegang teguh oleh Timotius Suwarsito, atau yang akrab disapa Kak Toto, seorang mentor dan penggali bakat seni anak berkebutuhan khusus.

Dalam wawancara khusus di Jakarta, Minggu (23/2/2025), Kontributor Lasman Simanjuntak melaporkan, Kak Toto mengungkapkan visinya dalam membangun ekosistem seni yang inklusif, di mana anak-anak berkebutuhan khusus memiliki ruang untuk berekspresi, berkembang, dan mendapatkan kesempatan setara di dunia seni.
“Ada lima misi utama yang saya jalankan,” ungkapnya.
Pertama, mengembangkan metode pengajaran seni yang adaptif bagi anak berkebutuhan khusus. Kedua, meningkatkan kesadaran masyarakat akan seni sebagai media terapi dan ekspresi diri. Ketiga, menyelenggarakan pameran serta kegiatan seni untuk memberi panggung bagi mereka. Keempat, bekerja sama dengan berbagai pihak dalam memperjuangkan hak anak berkebutuhan khusus di dunia seni. Kelima, melatih guru dan pendamping agar lebih memahami cara membimbing mereka dalam berkarya.
Lahir di Jakarta pada 26 Januari 1975, Kak Toto telah mengabdikan diri selama lebih dari dua dekade di dunia seni dan pendidikan inklusif. Berawal dari ketertarikannya pada seni lukis, ia mendalami dunia seni bersama beberapa pelukis senior di Jakarta, hingga akhirnya menggunakan seni sebagai alat pemberdayaan bagi anak berkebutuhan khusus.
Sejak 2001, ia aktif mengajar di berbagai institusi seperti Mitra Hadiprana Art Centre, Credo Art Space, Yayasan Bina Abyakta, Sekolah Cita Buana, Sekolah Cikal, dan Rumah Kerja I’m Star. Ia juga mendirikan Outsider Art Jakarta Studio, ruang bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk belajar dan menampilkan karya mereka.
Sebagai mentor, Kak Toto telah membawa karya murid-muridnya ke berbagai pameran seni bergengsi, termasuk di Istana Cipanas atas undangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2008) dan di Istana Kepresidenan Bogor atas undangan Presiden Joko Widodo (2015). Selain itu, ia juga memperkenalkan karya mereka di berbagai galeri dan institusi seni ternama di Indonesia.
Tak hanya itu, ia aktif sebagai pembicara dalam berbagai seminar nasional dan internasional mengenai seni sebagai media terapi dan komunikasi bagi anak berkebutuhan khusus. Kak Toto juga menjadi salah satu inisiator Festival Bebas Batas Art Brut Indonesia yang mempertemukan seniman berkebutuhan khusus dari berbagai negara.
Karya anak-anak asuhannya pun telah menghiasi ruang publik, seperti proyek mural di halte busway Kampung Melayu, bus Transjakarta, dan Galeri Nasional. Melalui seni, ia terus mendorong pemerintah dan masyarakat untuk lebih memperhatikan pendidikan inklusif bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
“Saya percaya bahwa seni bukan hanya alat ekspresi, tetapi juga sarana untuk membangun jembatan inklusi dan keberagaman di masyarakat,” ujarnya.
Dengan dedikasi dan kerja kerasnya, Kak Toto berharap dapat menciptakan ekosistem seni yang lebih ramah dan terbuka bagi semua individu, tanpa terkecuali. (Nuh)