JAVASATU.COM-MALANG- Bhandagiri, hasil inisiasi warga Kota Malang melalui Malang Creative Center (MCC) Kota Malang dan Linksos mendatangi ibu kota Jakarta. Senin (5/6/2023), salah satu inisiator Bhandagiri, Wahyu Eko Setiawan bersama Ketua Pembina Linksos, Kertaning Tyas tiba di kantor Kementerian Sosial Republik Indonesia (Kemensos RI) dan Kantor Komnas Disabilitas RI di Jakarta.

“Batik Bhandagiri sudah sampai di Kemensos RI pagi ini”, kata Sam Wes sapaan akrab Wahyu Eko Setiawan kepada media ini, Senin (5/6/2023).
Kehadirannya di Jakarta, dikatakan Sam Wes, dalam rangka road show Komnas Disabilitas RI dan Komnas HAM, Kementerian (Sosial, Parekraf dan Kehutanan), Produksi Film Negara (PFN) dan lainnya di Jakarta.
“Ini untuk menindaklanjuti dan memperjuangkan produksi Film Nasional Bhandagiri. Mohon doa dan dukungannya,” ujar Sam Wes.

Lebih jauh Sam Wes menerangkan, Bhandagiri berasal dari dua suku kata, yaitu Bhanda, yang berarti sabuk pengikat/ dikelilingi, dan Giri yang berarti Gunung. Maka, Bhandagiri bisa diartikan sebagai sebuah daerah yang disabuki/ dikelilingi gunung.
Menurut dia, daerah Malang Raya adalah sebuah daerah yang disabuki/ dikelilingi oleh gunung. Dari segenap penjuru mata angin, daerah Malang Raya disabuki/ dikelilingi oleh Gunung Semeru, Gunung Tengger (Bromo), Gunung Arjuno, Gunung Weilrang, Gunung Anjasmoro, Gunug Kelud, Gunung Kawi dan Gunung Kendeng Selatan.
“Keseluruhan daerah yang wilayahnya dikelilingi oleh semua gunung-gunung tersebut, bisa kita sebut sebagai Kawasan Bhandagiri. Daerah Malang Raya sebagai episentrumnya”, terang Sam Wes.
“Ketika kita melihat daerah Malang Raya sebagai Bhandagiri, maka kita bisa dengan mudah menemukan banyak potensi yang sangat luar biasa dalam berbagai bidang pembangunan daerah, yang bisa dibangun dan dikembangkan bersama-sama dengan berkolaborasi secara holistik. Mulai dari pariwisata, destinasi kreatif, kelestarian lingkungan alam, infrastruktur, kebudayaan, pendidikan, kesejahteraan sosial dan lain-lainnya. Semua pihak terlibat dan bertanggung jawab”, sambung Sam Wes.
Dengan semakin banyak pihak dan stakeholder terkait yang terlibat dalam Skenario Bhandagiri, lanjut Sam Wes, maka sangat dibutuhkan strategi komunikasi dan diplomasi yang sangat kuat, berdampak luas dan mudah dimengerti oleh seluruh masyarakat. Baik masyarakat yang berada di kawasan Bhandagiri, maupun masyarakat luas hingga level nasional dan internasional.
“Film bisa menjadi jalan keluar untuk menghasilkan strategi komunikasi dan diplomasi. Dengan menggunakan film, diharapkan mampu mengkomunikasikan Skenario Bhandagiri, sekaligus menjadi Strategi Diplomasi kepada semua pihak untuk terus membuka ruang-ruang kerjasama dan kolaborasi dalam membangun Kawasan Bhandagiri. Film ini sekaligus menjadi sarana edukasi kepada seluruh masyarakat seluas-luasnya. Sebagai media pencerahan”, pungkas Sam Wes.

Sementara, Ketua Pembina Linksos, Kertaning Tyas menambahkan, kehadirannya di Jakarta saat ini untuk melakukan Rapat Koordinasi Terbatas bersama Komnas Disabilitas RI. Khusus membahas Difabel Pecinta Alam (Difpala), planning Film Nasional Bhandagiri dan peluncuran Batik Bhandagiri.
“Alhamdulillah Komnas Disabilitas menerima aspirasi dan inisiatif Bhandagiri. Ini sebagai implementasi MOU antara KND dan LINKSOS, yang sudah dilaksanakan pada bulan Maret 2023 lalu, di Putuk Lesung Gunung Arjuno. Kita terus berproses dan berkolaborasi. Hari ini rakor di Kantor Komnas Disabilitas RI Jakarta, mulai pukul 09.00 – 12.00 WIB,” ungkap Kertaning Tyas, yang akrab dipanggil Sam Ken Kerta.

Ketua Komnas Disabilitas (KND) RI, Dante Rigmalia berujar akan mengibarkan bendera Bhandagiri sebagai ikon Gerakan Indonesia Inklusi.
“Komnas Disabilitas akan mengibarkan Bendera Bhandagiri sebagai Ikon Gerakan Indonesia Inklusi. Terutama dalam seluruh Program Kerja yang menyangkut Hapus Stigma dan Melawan Diskriminasi terhadap penyandang Disabilitas di Indonesia,” ujar Dante Rigmalia, Senin (5/6/2023).
Menurut dia, Inisiatif Bhandagiri ini merupakan langkah strategis untuk membangun Indonesia Inklusi.
“KND akan membangun Kolaborasi dan Orkestrasi dengan berbagai pihak, kementerian dan pegiat Disabilitas Tanah Air (DITA). Ke depan, semoga kita bisa menemukan Duta DITA,” kata Dante Rigmalia berujar sekaligus mengakhiri paparannya. (Saf)