JAVASATU.COM-MALANG- Hampir 75 persen masyarakat di Kabupaten Malang wilayah Barat meliputi Kecamatan Pujon, Ngantang dan Kasembon mata pencahariannya mengandalkan berternak Sapi Perah.
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Malang, Sodiqul Amin mengatakan, akibat mewabahnya penyakit mulut dan kuku (PMK) produktifitas susu semakin hari semakin menurun.
“Kalau datanya, di Pujon saja itu diprediksi ada sebanyak 5.500 ternak yang terindikasi PMK. Potensi itu nampak dari produktifitas susunya yang turun. Jadi yang awalnya 117 ton perhari, saat ini hanya tinggal 70 ton perharinya. Jadi sekarang sudah ada penurunan produktifitas susu sebanyak 40 ton lebih perhari,” ujarnya. Minggu (12/6/2022).
Dalam asumsinya, jika pada 1 ekor sapi bisa menghasilkan susu sebanyak 10 liter. Dan jika perhari turun sekitar 40 ton susu, maka diperkirakan ada banyak ekor sapi yang tidak produktif.
“Itu kalau sesuai dengan nilai produktifitas. Lalu itu tadi di Ngantang, oleh KUD Sumber Makmur sudah disampaikan bahwa saat ini sudah di atas, 5.000 (ekor), di Kasembon sekitar 1.500. Sehingga estimasi kita yang dipastikan terjangkit ditambah ternak yang sudah menunjukan gejala klinis, sudah di angka sepuluh ribu,” terang Politisi Partai NasDem ini.
Untuk itu, dirinya meminta kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang segera menyajikan data secara lebih kongkret. Dan tidak hanya sapi, namun juga ternak lain yang dinilai berpotensi tertular wabah PMK.
Sementara itu, Koperasi Andadani Ekonomi (SAE) Pujon mendata produktifitas susu menurun hingga 40 persen. Atau produksi susu hanya menghasilkan 40 hingga 50 ton perhari, itu akibat banyaknya sapi perah di Pujon yang mati akibat PMK.
“Kematian sapi perah penyebab utamanya untuk sementara ini akibat tertular PMK,” ujar Suyono, Humas Koperasi SAE Pujon.
Berdasarkan catatannya, populasi sapi perah di Pujon yang tercatat sebagai anggota Koperasi SAE ada sebanyak 18 ribu ekor. Namun, semenjak wabah PMK ini menyerang, populasi sapi perah di Pujon disinyalir turut anjlok.
Oleh karena itu, dirinya meminta kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang agar memikirkan kondisi peternak yang kehilangan ternaknya. Sebab, satu ekor sapi yang sudah bisa menghasilkan susu, harganya bisa mencapai Rp 50 juta. Dan kondisi banyaknya sapi perah yang mati, tentu sangat memukul peternak sapi perah.
“Jika peternak memiliki 5 ekor sapi perah lalu mati, maka akan mengalami kerugian ratusan juta rupiah. Sehingga untuk meringankan peternak yang mengalami kerugian tersebut, maka diharapkan pemerintah memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) seperti kasus Covid-19,” terang Suyono. (Agb/Saf)