JAVASATU.COM-MALANG- Diskusi dan silaturahmi Rektor Wisnu Wardhana (Unidha) Malang Prof.Dr. Suko Wiyono, SH, MH mengajak seluruh pihak kampus untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan dalam menghadapi Pemilu 2024.

Prof.Suko Wiyono yang juga menjabat
Ketua Dewan Pembina Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Jatim menyatakan, tidak akan mengajak PTS di Jatim untuk memilih salah satu pasangan calon pada Pilpres 2024.
“Kami menghimbau agar pimpinan PTS di Jatim tetap menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat meski harus berbeda pilihan dan juga beda pendapat dalam Pilpres. Pimpinan PTS harus memberi teladan kepada segenap warga masyarakat bangsa dan negara untuk melaksanakan nilai nilai luhur Pancasila tidak melanggar etika juga tidak melanggar peraturan perundang undangan yang berlaku,” tegas Prof.Suko, Senin (5/2/2024).
PTS di Jatim jumlahnya cukup banyak, yaitu 253 PTS, semuanya memiliki Badan Penyelenggara yang visi dan misinya berbeda. Sehingga, banyak kemungkinan antara pengelola PTS yang satu berbeda pilihan dengan PTS yang lain.
“Hal ini juga kami harapkan tidak hanya dilakukan oleh pimpinan PTS saja, tetapi juga dilakukan oleh semua yang diberi amanah untuk memimpin bangsa ini di semua lini dan lapisan dari level tertinggi Presiden sampai lapisan yang paling bawah Ini adalah tugas kita bersama,” sambung Profesor Suko.
Menurut Suko, dalam memberikan masukan kepada Calon Pemimpin, ia juga tegas mengajak seluruh warga bangsa untuk selalu berpegang pada kultur ataupun budaya bangsa.
“Jangan sampai narasi narasi yang kita sampaikan bisa membuat ketersinggungan orang ataupun pihak lain,” tegasnya.
Suko menegaskan, setiap orang memiliki hak demokrasi tanpa terkecuali. Setiap orang memiliki hak untuk menyampaikan pendapat di muka umum, tanpa terkecuali. Dan hal ini, sudah dijamin dalam UUD 1945.
“Silahkan menggunakan haknya, tapi jangan memaksakan orang lain bahwa pendapatnya paling benar. Pendapat sekelompok orang tidak boleh dipaksakan sebagai pendapat seluruh rakyat Indonesia. Kami menghimbau untuk menjaga iklim demokrasi, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan negara diatas kepentingan kelompok, golongan tertentu,” bebernya.
Terakhir Profesor Suko berpesan agar seluruh komponen bangsa hingga aparatur negara untuk tidak menyakiti hati masyarakat.
“Harus hati-hati dalam menyampaikan narasi. Sebab menyikapi situasi saat ini menjelang Pemilu dan paska pemilu nantinya, perlu pendekatan kultural kepada siapapun. Tidak boleh main kasar, dan harus merangkul serta menyentuh semua golongan dengan baik,” Suko mengakhiri. (Agb/Nuh)