Koordinator acara, Ari Nurcahyo, menekankan pentingnya melanjutkan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh Romo Benny.
“Beliau adalah sosok yang tak hanya berbicara, tetapi juga bertindak nyata untuk menjembatani perbedaan dan merawat harmoni,” ungkap Ari.
Dalam sarasehan, perjalanan Romo Benny dipaparkan melalui tiga fase utama: Situbondo, tempat awal pengabdiannya; Malang, di mana ia aktif membangun dialog lintas agama; hingga Jakarta, saat ia berperan penting di Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Acara ini, akta Ari, juga menjadi ajang pengingat bahwa toleransi bukan hanya wacana, melainkan harus diwujudkan dalam tindakan nyata, seperti yang dicontohkan Romo Benny sepanjang hidupnya.
“Semangat beliau harus terus hidup di tengah masyarakat, terutama generasi muda,” tutup Ari.
Dengan spirit inklusivitas yang selalu diusung Romo Benny, sarasehan ini tak hanya menjadi momen mengenang, tetapi juga menghidupkan kembali perjuangan penting menjaga keberagaman Indonesia.
Acara ini juga dihadiri tokoh lintas agama, seperti Pdt. Yetti Anggraini, KH. Noor Shodiq Askandar, Imam Muslich, dan RP Ignatius Ismartono, SJ. Para pembicara menyoroti semangat inklusivitas Romo Benny yang menjadi teladan dalam menjembatani perbedaan. (Arf/Nuh)