Javasatu,Malang- Produksi dupa di Malang menembus sejumlah daerah di luar pulau. Terlebih menjelang momentum perayaan Tahun Baru Imlek, yaitu sebuah momen penting bagi warga Tionghoa, yang biasanya permintaan dupa meningkat dibanding hari biasanya.

Penelusuran javasatu, permintaan dupa di Malang paling banyak dari luar pulau, mulai Bali hingga Lombok. Bagaimanakah perajin dupa di Malang mempersiapkan permintaan itu?
Mengintip beberapa desa di wilayah Kabupaten Malang, ada satu Desa yang terlihat banyak perajin dupa, yaitu di desa Bedalisodo, Kecamatan Wagir. Untuk menuju lokasi perajin itu tak sesulit menembus sejumlah desa yang berada di pesisir Pantai Selatan, sebab berada di pinggir kota Malang.
Melihat kesibukan warga desa Bedalisodo, diantaranya para ibu sejak pagi terlihat sibuk membuat bilah bambu menjadi batang kecil, juga beberapa terlihat mengeringkan bilah bambu. Bahkan, ada yang terlihat membuat batang bambu kecil menjadi halus.
Tak hanya itu, beberapa perajin lain berupaya membuat bilah bambu menjadi kering dengan menjemurnya. Terlihat tertata rapi dirangkai satu persatu sembari diketukkan ke lantai rumah industri itu.
Perajin di rumah industri yang terkenal dengan nama MDN itu,terlihat para perempuan di tempat itu bersemangat melakukan proses produksi dupa, debu yang berterbangan seolah diabaikan oleh wanita paruh baya, kendati sebagian memilih menggunakan pelindung wajah dan hidung, namun beberapa juga memilih polos tanpa pelindung masker.

Sebab itu, semangat mereka tak sia sia, karena satu perajin mampu memproduksi dupa sebanyak 80 kilogram/hari. Terhitung ada 12 pekerja di lokasi itu. Dikalkulasi jumlah produksi setiap orang, maka dalam sehari produksi dupa di lokasi itu mencapai 960 kilogram dalam sehari.
Mandor industri dupa Yudi (28) mengaku, permintaan yang paling banyak biasanya terjadi pada menjelang Imlek. Permintaan terjadi biasanya pada bulan Januari, sehingga pada bulan itu, perajin sibuk mempersiapkan pesanan dupa.
” Jumlah pesanan membanjir biasanya perjain mengirimkan hasil produksi dupa ke Bali dan Lombok, di daerah itu telah ada pengepul,” beber Yudi, Minggu (21/1/2019).
Ia melanjutkan dupa yang diproduksi perajin terbilang setengah jadi, karena setiba di lokasi, pengepul barang barang itu memberi wewangian sebelum didistribusikan ke daerah lain termasuk Malang sendiri.
“Kami memproduksi dupa mentah, belum diberi wewangian,” tambahnya. (Js1)