JAVASATU.COM-MALANG- Meski beberapa pekan lagi Natal dan Tahun baru (Nataru) akan dirayakan, namun sejumlah angkutan umum khususnya bus angkutan umum sudah menaikan tarif angkutannya. Hal itu dipicu naiknya harga sparepart kendaraan.
Direktur Utama PT Bagong Dekaka Makmur, Budi Susilo menjelaskan, pihaknya dengan terpaksa harus menaikan tarif angkutannya guna mengimbangi mahalnya harga sparepart.
“Alasan menaikan tarif tersebut karena adanya kenaikan harga ban dan oli,” jelas Budi saat dihubungi pada Kamis (30/11/2023).
Pada intinya, lanjut Budi, kenaikan tarif itu ada pada Bus non ekonomi, namun bus ekonomi pada dasarnya juga ikut menyesuaikan tarifnya. Untuk bus ekonomi sudah naik sejak bulan Mei 2023 lalu.
“Memang kalau untuk tarif bus non ekonomi tidak ada tarif batas atas bawah, beda dengan bus ekonomi yang harus mengikuti tarif batas atas bawah,” lanjut Budi.
Budi menambahkan, memang tarif non ekonomi untuk kenaikan ditentukan sendiri oleh pengusaha. Namun demikian tetap dilaporkan pada Organda, selaku organisasi yang menaungi para pengusaha angkutan.
“Dengan begitu tarif yang berlaku tetap sah, tidak terkesan liar di mata pemerintah,” tambahnya.
Budi menyadari dengan adanya kenaikan tarif itu, banyak masyarakat pengguna angkutan umum yang kecewa. Namun sebaliknya, jika tarif tidak dinaikan maka justru pengusaha angkutan yang resah, karena penghasilannya tidak mencukupi untuk biaya perawatan.
Padahal kenaikan yang diberlakukan bagi bus non ekonomi tidak besar, kata BUdi, hanya sekitar 30 sampai 32 persen saja. Namun hal tetap berpengaruh bagi konsumen, yang menggunakan jasa angkutan bus selama ini.
“Memang dengan berlakunya aturan baru pasti berdampak, bagi penumpang dampak negtifnya terpaksa harus menambah biaya pengeluaran sedang positifnya bagi pengusaha mengurangi beban pengeluaran biaya perawatan,” pungkasnya.
Sementara itu, wartawan Javasatu.com yang sengaja menghadang penumpang bus angkutan umum yang baru saja turun dari bus mengaku merasa keberatan dengan naiknya tarif angkutan.
“Gak tahu kok sudah naik tarifhya. Sebelumnya memang sudah dikasih tahu sih sama kru busnya. Tapi kok mahal ya,” jelas wanita yang mengaku bernama Luluk itu.
Luluk yang mengaku bekerja di kota Malang dan sudah berlangganan untuk keperluan pulang pergi naik bus menambahkan, perbedaan kenaikan tarif angkutan sangat jauh berbeda antara bus ekonomi dengan non ekonomi.
“Saya tadi naik Bus Bagong dari Kacuk turun sini (Ngebruk-red), sebelum ada kenaikan (tarif-red), saya hanya bayar Rp 15 ribu tapi sekarang harus bayar Rp 25 ribu. Kalau naik bus besar biasanya Rp 12 ribu, sekarang naik menjadi Rp 15 ribu, cuman naik Rp 3 ribu saja,” tutupnya. (Agb/Saf)