Javasatu.com

JAVASATU.COM
Dibaca Ditonton Didengar

email: javasatu888@gmail.com
  • Beranda
  • Jawa Timur
    • Kota Batu
    • Kota Blitar
    • Kota Kediri
    • Kota Malang
    • Kota Madiun
    • Kota Mojokerto
    • Kota Pasuruan
    • Kota Probolinggo
    • Kota Surabaya
    • Kabupaten Banyuwangi
    • Kabupaten Bangkalan
    • Kabupaten Bojonegoro
    • Kabupaten Bondowoso
    • Kabupaten Blitar
    • Kabupaten Gresik
    • Kabupaten Jember
    • Kabupaten Jombang
    • Kabupaten Kediri
    • Kabupaten Lamongan
    • Kabupaten Lumajang
    • Kabupaten Madiun
    • Kabupaten Magetan
    • Kabupaten Malang
    • Kabupaten Mojokerto
    • Kabupaten Nganjuk
    • Kabupaten Ngawi
    • Kabupaten Pacitan
    • Kabupaten Pamekasan
    • Kabupaten Pasuruan
    • Kabupaten Ponorogo
    • Kabupaten Probolinggo
    • Kabupaten Sampang
    • Kabupaten Sidoarjo
    • Kabupaten Situbondo
    • Kabupaten Sumenep
    • Kabupaten Tuban
    • Kabupaten Tulungagung
    • Kabupaten Trenggalek
  • Desa Kita
  • Wisata & Kuliner
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Pemerintahan
  • Hukum
  • Lainnya
    • Ekonomi
    • Politik
    • TNI-POLRI
    • Olahraga
    • Religi
    • Esai
Jumat, 27 Juni 2025
No Result
View All Result
Javasatu.com

JAVASATU.COM
Dibaca Ditonton Didengar

No Result
View All Result

Penghuni Jagat Maya

by Redaksi Javasatu
20 November 2022
Ilustrasi

Penghuni Jagat Maya

Oleh: Slamet Hendro Kusumo

Rasa ingin tahu, hasrat kuasa dengan dipermudah layanan, serta semua fasilitas kenyamanan tersedia. Sudah menjadi watak dan dasar manusia. Maka kata yang tepat adalah “candu teknologi”. Dunia maya atau jagat makro kosmos teknologi, telah menjadi zona baru “yang dapat memabukkan bagi siapapun”. Terlepas menyadari teknologi sebagai alat dan sarana, telah mencairkan suasana atau kebuntuan-kebuntuan, akan jarak, waktu, bisnis, juga membawa dampak ke dalam dunia absurditas. Sebab ruang tak terbatas tersebut menyodorkan juga kuasa-kuasa baru, disamping kuasa kebaikan, juga menciptakan “kuasa kejahatan”.

Serat Jayabaya: bumi saya sue saya mengkeret (bumi semakin lama semakin mengerut). Dunia sudah menjadi semakin kecil, dalam arti “sanepan” adalah sebuah perumpamaan. Jarak dan waktu telah diambil alih oleh teknologi yang semakin canggih. Sehingga peran teknologi amat memengaruhi manusia dalam ruang yang bebas, serta sulit dikendalikan.

Naluri alamiah manusia ingin punya kekuasaan tanpa batas. Hal itu menjadi tujuan utama hidup, apapun alasannya. Bentuk kuasa itu tercermin dengan ketagihan-ketagihan oleh sajian-sajian, baik berbentuk hiburan yang setiap saat didapatkan dengan mudah. Lalu memicu hasrat dengan sekehendak hatinya, “dipersilahkan mau jadi apapun, berbuat apapun”. Maka muncullah tindak-tindak yang aneh-aneh. Hasil dari tindakan tersebut, menjadi kesenangan baru, yang mempesona jiwa-jiwa yang haus kekuasaan. Diantaranya kesenangan-kesenangan itu telah menguasai secara lahir dan batin. Dibuatlah kisah-kisah, mulai dari yang rasional, hingga yang keluar dari akal sehat.

KONTEN PROMOSI

Tak terasa bahkan menjadi binal, genit, nyinyir. Perlakuan itu tidak saja menjadi bentuk baru yang telah “memeras jiwa kemanusiaan kita”. Itu sudah tercermin lewat WA, status, IG dan sebagainya. Sebenarnya mereka tidak paham benar fungsi WA dan apapun itu status. Semua diperlakukan dengan makna yang sama. Faktanya “berseliweran kata-kata, upload dari berbagai jenis makanan, lelucon-lelucon tiktok. Bahkan tak lupa meng-share kekerasan-kekerasan fisik, kejahatan, kekerasan seksualitas”. Sehingga menjadi menu kesenangan baru, melebihi makanan paling enak di dunia manapun.

Dengan dipermudah pelayanan, kesenangan rasa ingin tahu, dijelajahilah, semua menu yang ada dalam sajian-sajian teknologi itu. Apa saja “dilahap dengan ganas”. Semua menu dan sajian-sajian fatamorgana itu, terasa sudah ada dalam genggaman. Narkoba jenis baru ini, yang dulu tersimpan, semula secara rapi dan tabu, sekarang dikeluarkan di ruang publik. Perilaku buruk itu tiba-tiba menguasai jiwa yang santun, menjadi merdeka, bebas dan berhasil “mengaburkan etik dan moral”. Semua nilai-nilai luhur tersebut hilang tanpa jejak. Sebab hasrat ingin tahu tidaklah diposisikan sebagai hiburan atau informasi. Namun sudah diagendakan menjadi tujuan buat kepentingan-kepentingan yang tidak terduga. Karena kecanduan tentang hal-hal baru, walaupun itu hanya men-share sana-sini, sepertinya sudah mewakili sebuah tujuan. Apalagi jika sudah di dalam “group begandring”, ada kepuasan walaupun itu sifatnya semu. Serta tidak menginjak bumi, sebagai akar yang tidak nyata dalam kehidupan.

Serat Jayabaya: iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking jaman (itu tanda orang akan mengalami zaman yang serba terbolak-balik). Diumpamakan seperti bola bumi yang terus berputar dan berkembang. zaman Kaliyuga telah datang, membuat orang dalam keadaan berubah, dari yang baik menjadi buruk serta ingkar jati dirinya.

Fasilitas kenyamanan ini ujungnya juga menjadi kuasa baru. Karena rasa nyaman ini telah mengubah kebiasaan-kebiasaan masa lalu, juga membongkar masa lalu. Semua itu menyajikan  mainan-mainan baru yang tidak saja ada dalam ruang privat. Akan tetapi juga wujud dunia semu tanpa batas. Mau plesir imajinasi, fantasi. Dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Hanya berbekal jari di atas HP. Semua keinginan terpenuhi. Mau di ruang tamu, di ruang makan, tempat tidur, di ruang rapat, bahkan saat buang air besarpun. Telah menjadi tempat yang nyaman. Nah, jika belum cukup bisa ditempatkan dimana pun ruang yang disukai. Asal satu hal, jangan dipisahkan dari “dunia kotak tersebut”.

BacaJuga :

Jangan Tunggu Kehilangan untuk Menyadari Arti Kehadiran

Ketupat: Antara Tradisi dan Nilai Religi

Teknologi Ciptakan Kerakusan dan Membunuh Karakter

Seperti sudah diprediksi oleh para ahli khususnya secara sosiologi, bahwa secara perlahan pada komunitas tertentu tentang fungsi ideologi mulai pelan-pelan tergeser oleh harapan baru itu. Yaitu “utilitas” (kegunaan) pada zona jagad maya, telah memenangkan peperangan dan merebut hati manusia yang rakus terhadap keingintahuannya. Kebanggaan menjadi warga global, yang memiliki kemampuan untuk melihat siapapun yang diinginkan. Kerakusan dan kehausan, lebih berkuasa ketimbang pertimbangan moralitas. Di sisi yang lain peta politik, terkait dengan otoritas antar negara bangsa, sepertinya masih saling menghargai. Akan tetapi ketika melakukan kompetisi, saling mendahului, terkait kasus riil yaitu soal industri dan keuangan. Batas-batas untuk menciptakan kerukunan, mulai goyah dan kabur serta meninggalkan batas-batas normatifnya. Permainan-permainan itu sengaja diciptakan lewat jagad maya, untuk meraih kepentingan dan keuntungan semata.

Serat Jayabaya: iku tandha yen tekane jangka Jayabaya (itulah tanda jangka Jayabaya sudah mendekat) yang dimaksud jangka Jayabaya disebut zaman yang sudah terbalik. Nilai-nilai kebajikan diabaikan dan terjebak dalam kesesatan. Nafsu keserakahan ingin menguasai jagad raya.

Pembunuhan karakter dan kerakusan dalam segala hal, sangat dimungkinkan sekali dilakuakan. Baik secara individu, kelompok bahkan negara bangsa. Sumber-sumber informasi lebih banyak yang menyesatkan, daripada kabar yang benar dan bermanfaat. Celakanya kekacauan informasi itu banyak digemari, dan banyak sudah dianggap sebagai kebenaran. Apalagi jika ditopengi dengan wajah-wajah logika dengan “racikan agama dan moral”. Pasti akan dikunyah habis tanpa sisa. Bagi kaum moralis, industri kapital yang menghancurkan karakter negara bangsa ini, telah memancing keresahan sosial.

Serat Jayabaya: akeh janji ora ditetepi (banyak jadi tidak ditepati) banyak manusia sulit percaya lagi sama orang lain. Janji itu itu ditepati jika berbuah keuntungan materi, namun sangat mudah ingkar janji. Hal tersebut banyak politikus mengumbar janji, setelah berkuasa, lupa akan janjinya.

Konsep untuk menciptakan globalisasi ini, jika mau jujur sebenarnya adalah “libido personal kaum elit pemimpin, bukan kemauan negara, juga bukan kemauan masyarakatnya”. Yang telah menciptakan persaingan-persaingan antar individu dari mereka. Omong kosong jika itu untuk kepentingan masyarakat dunia. Terbukti ada gerakan-gerakan masyarakat uni Eropa Sebagian besar tidak sepakat dengan globalisasi itu. Sebab hanya menciptakan generalisasi atau munculnya produk masal dalam sebuah peradaban dunia, tanpa makna. Tentunya jika ini dihubungkan dengan keadilan maupun kesejahteraan. Sebab sehebat apapun teknologi, jika “penghuninya adalah hewan-hewan yang ganas”. Yang namanya hewan tentu tidak akan menghargai batas-batas tentang kebaikkan, hak asasi manusia, kesetaraan, saling menghargai dan toleransi. Memang cukup dilematis. Hadirnya gaya baru hidup dan perkembangan populasi ini, jika tidak ada saling tumbuh kesadaran kolektif akan memberikan efek sangat buruk bagi siapapun. Baik secara individu maupun negara bangsa. Utamanya masyarakat awam, pasti dimakan oleh situasi yang tidak menentu tersebut.

Naisbitt: teknologi baru diciptakan untuk meringankan penderitaan manusia agar mendapatkan hidup yang lebih nyaman. Namun dalam perjalanan waktu mengalami transformasi dari tempat nyaman menjadi zona mabuk teknologi.

Setiap individu tidak akan lepas dari “medan persaingan dalam jagad maya”, memang dunia ini sudah dihuni oleh berbagai makhluk dan manusia, dari yang berwatak nabi, hingga iblis sang pembunuh. Sementara itu upaya pemerintah dimana pun secara terus menerus melakukan restorasi, rekonstruksi sistem, untuk menghadapi rival-rival dalam kompetisi global. Namun prestasi-prestasi itu, sangatlah kecil dirasakan oleh kaum awam yang tidak begitu paham strategi. Terkait bagaimana upaya bisa hidup, tanpa harus bertempur. Maka secara perlahan jagad maya, merupakan alternatif dalam kekuatan sosial, untuk melawan oligarki dan monopoli kaum elite. Namun dalam dunia jagad maya semua posisi individu memiliki kedudukan yang sama dalam melakukan perbuatan-perbuatan yang disukai. Namun jeratan undang-undang ITE masih saja diterjemahkan sebagai pasal karet. Dapat dimanfaatkan oleh kekuatan kuasa, yang punya uang, lewat serangkaian tafsir yang sengaja didistorsikan. Sedangkan perdebatan-perdebatan dalam jagad maya, hingga kepengadilan, terkait keputusannya, belumlah mencerminkan sebagai inkrah yang moderat. Dalam dunia moderen, posisi nilai akhlaq, tidak ada rasa malu dan ada faktor kesengajaan. Yang tabu-tabu dianggap sebagai kejadian yang sudah biasa.

Keselarasan Hidup dalam Jagad Maya

“Sang hidup” sudah memberikan semuanya kepada manusia. Demikian juga kehendak untuk memilih kehidupan yang benar dan manfaat, atau sebaliknya yang buruk dan jahat. Entah sudah ribuan orang hadir pada tempat-tempat suci, tujuannya untuk bertaubat. Namun setelah pulang, keganasan kepada manusia lain, masih saja terjadi dan terus berulang. Jika teknologi itu memang dihadirkan untuk manusia, sudah seharusnya memiliki guna dan manfaat bagi kehidupan. Sekali lagi sejarah dari hidup Albert Einstein, sepanjang hidupnya dikejar-kejar oleh kaum perusak bumi, haus perang. Untuk menguasai teknologi atom yang semula untuk kemaslahatan manusia. Tiba-tiba, saat itu dibuat untuk menghancurkan Nagasaki dan Hiroshima. Sebagai balasan sekutu karena Jepang telah melakukan ekspansi dan kekerasan pada negara lain. Semua itu sebenarnya adalah buah dari manusia yang tidak menggunakan etik dan moral dalam bertindak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Naisbitt: karena senang janji-janji teknologi begitu menggiurkan, dan lupa konsekuensi, bahwa teknologi dipertanyakan kembali karena teknologi tak dapat meramalkan masa depan.

Namun ada setitik pencerahan dari dan juga terjadi pada sumbangan jagad maya. Seperti kasus pencurian kakao oleh seorang nenek yang tidak berdaya, tentang kasus Jhosua yang penuh intrik dan politisasi dari gerombolan preman elite, dan juga kasus-kasus tentang tragedi Kanjuruhan. Lewat gempuran jagad maya, kekuatan sosial masyarakat cukup membuat kepanikan dan kenyamanan aparatur negara. Pengawasan-pengawasan dilakukan secara simultan dan terkoneksi dalam jagad maya. Gerakan itu memberikan “tamparan moral”. Jika dulu sebelum jagad maya ini diciptakan, kejadian-kejadian yang menguras energi hanya bisa didapatkan melalui ruang-ruang terbatas, seperti TV dan media cetak. Namun jika kedua media tersebut sudah diindustrikan, maka masyarakat hanya bisa mengerutu saja, tanpa bisa berbuat apapun. Namun hari ini setidak-tidaknya “masih dapat bersuara, membuat opini publik, dan bisa mengontrol”, sebagai bentuk legal standing, walaupun masih kalah canggih dengan pemilik regulasi. Cukup lumayan masih ada sarana.

Serat Jayabaya: akeh wong wani ngelanggar sumpahe dhewe (banyak orang berani melanggar sumpah sendiri). Manusia berani menciderai sumpah sendiri, karena sumpah sudah tidak memiliki kesakralan. Terbolak-balik bergantung pada kepentingan.

Walaupun ini tidak mungkin, jika saja teknologi dapat digunakan lebih arif dan bijaksana, untuk melihat dan mengetahui hal-hal positif. Tentu ada keyakinan akan dapat memotivasi banyak manusia untuk memperoleh manfaat yang positif. Misalkan tentang informasi yang bisa mencerdaskan, mencerahkan, agar dapat menggunakan otak menjadi semakin kreatif. Sesungguhnya ruang jagad maya ini adalah lahan subur. Bisa ditanami kebajikan apapun. Masa lalu harusnya menjadi spirit, bagaimana manusia dapat hidup dan menciptakan kedamaian bersama.

Walaupun saat itu (masa lalu) teknologi belum secanggih sekarang, para leluhur terbukti memiliki kemampuan sangat luar biasa, untuk mengantarkan setiap generasi, hingga hari ini. Kegigihan tersebut dilakukan tidak banyak merusak semesta alam. Oleh sebab itu, dengan kearifannya, lewat “jagad semesta autentik”, juga menjaga artefak-artefak penting dengan baik sehingga beberapa jejak peradaban masa lalu masih memesona hingga hari ini. Semua itu dilakukan dengan pendekatan hidup secara kolektifitas. Leluhur itu telah membagi hidupnya, dan bersinergi dengan semesta alam, bukan melawan alam. Mereka selalu mengaktualisasikan alam semesta, mengeksplor kearifan alam dan memiliki filsafat hidup bahwa alam adalah segalanya bagi kehidupan.

Serat Jayabaya: lali kamanungsan, lali kebecikan (lupa jati manusia, lupa hikmah kebajikan). Kemanusiaan telah hilang dari sifat dasar manusia. Menghancurkan fungsi budi pekerti dan keluhuran, tak ubahnya seperti hewan, yang kerjanya hanya membiakkan diri.

Mungkinkah keselarasan jiwa bersanding dengan teknologi? Jagad maya bukan dunia yang tidak dapat ditaklukan sebab teknologi adalah alat semata, seperti halnya para leluhur bersinergi dengan semesta alam. Persoalan sebenarnya, bergantung kepada hasrat manusia itu sendiri. Apa saja dapat dijadikan alat untuk berbuat kejahatan atau kebaikkan. Leluhur sudah terbukti mampu menjaga semesta alam dan manusianya. Walaupun ada perang, namun bisa dibilang kecil-kecilan, itupun terisolasi pada tempat-tempat tertentu. Namun jika hari ini perang, taruhannya adalah negara bangsa, bisa tidak tersisa kehidupan, karena kekuatan teknologi yang maha dahsyat. Karena dengan jagad maya teknologi, kerakusan, tidak boleh dijadikan sebagai residu yang membunuh. Baik psikologi, fisik, ilmu pengetahuan, bahkan karakter. Oleh sebab itu keselarasan hidup yang menguasai pikiran, moral, etik menjadi sangat penting untuk terus dihidupkan. Yaitu untuk mengantarkan estafet generasi ke depan, agar masih tetap menjadi manusia yang manusiawi. Walaupun teknologi hadir kepada kehidupan manusia, namun tidak mengurangi sisi kemanusiaan bagi seluruh makhluk di semesta alam ini. Begitu indah. (Tancep kayon, Bumiaji, 18 November 2022)

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
Tags: SatupenaSlamet Hendro KusumoSlamet Henkus

Comments 2

  1. akahataufanaminudin says:
    3 tahun ago

    Selamat Succesfull Sedulur SatuPena SatuHati SatuJiwa SatuRasa KOMPAK KEBERSAMAAN sepanjang masa Succesfull Sedulur

    Balas
  2. akahataufanaminudin says:
    3 tahun ago

    Sae sanget nderek seneng banget membuka cakrawala berpikir logis

    Balas

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

BERITA TERBARU

Presiden Prabowo Resmikan 55 Proyek Energi Terbarukan Senilai Rp25 Triliun

Pemkab Gresik Salurkan Insentif untuk 1.100 Hafiz Hafizah, Segini Nominalnya

ADVERTISEMENT

Wushu Gresik Sabet Satu Emas Dua Perunggu di Porprov Jatim 2025

Tim Putri Kota Batu dan Malang Tembus Final Sepak Bola Porprov IX Jatim 2025

Mahasiswa UB Membangun Desa Dilepas Mendes, Didorong Kawal 12 Program Prioritas

Prev Next

POPULER HARI INI

Tersingkir Dramatis, Kota Malang Kalah Adu Penalti dari Kota Kediri

Tim Putri Kota Batu dan Malang Tembus Final Sepak Bola Porprov IX Jatim 2025

Bawa Sabu dan 43 Ribu Pil Koplo, Pria Ini Diciduk di SPBU Kepanjen

Mutasi Komando, TNI Siapkan Pemimpin Hadapi Tantangan Baru

Umpatan “Ndasmu” Menurut Rasa Bahasa Jawa

BERITA LAINNYA

Presiden Prabowo Resmikan 55 Proyek Energi Terbarukan Senilai Rp25 Triliun

BRUIN Ungkap Dalang Pencemaran Sampah Plastik di Indonesia

Dua Korban Kapal Terbalik di Batam Masih Hilang, Bakamla Terus Sisir Selat Nenek

Bakamla Jemput Tiga ABK WNI yang Ditangkap Malaysia di Perbatasan

Anak Sensitif Susu Sapi Bukan Halangan, Morinaga Soya Gelar Lari Interaktif Menuju Final Soyalympic 2025

Prev Next

BERITA KHUSUS

DPRD Kabupaten Malang dan Bupati Sanusi Sepakat Perkuat Tata Kelola Daerah

RSUD Gresik Sehati Resmi Dibuka, Percepat Akses Layanan Kesehatan di Gresik Selatan

Prev Next

POPULER MINGGU INI

Tersingkir Dramatis, Kota Malang Kalah Adu Penalti dari Kota Kediri

BLT Dana Desa Digelontorkan, Gresik Gaspol Turunkan Kemiskinan

Umpatan “Ndasmu” Menurut Rasa Bahasa Jawa

Mutasi Komando, TNI Siapkan Pemimpin Hadapi Tantangan Baru

Jelang Bulan Suro, 39 Anak Ikuti Khitanan Massal Gratis Asih Mring Sesami di Blitar

KONTEN PROMOSI
  • Tentang Javasatu
  • Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Siber
  • Kode Perilaku Perusahaan
  • Perlindungan Wartawan

© 2025 Javasatu. All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

  • Beranda
  • Jawa Timur
    • Kota Batu
    • Kota Blitar
    • Kota Kediri
    • Kota Malang
    • Kota Madiun
    • Kota Mojokerto
    • Kota Pasuruan
    • Kota Probolinggo
    • Kota Surabaya
    • Kabupaten Banyuwangi
    • Kabupaten Bangkalan
    • Kabupaten Bojonegoro
    • Kabupaten Bondowoso
    • Kabupaten Blitar
    • Kabupaten Gresik
    • Kabupaten Jember
    • Kabupaten Jombang
    • Kabupaten Kediri
    • Kabupaten Lamongan
    • Kabupaten Lumajang
    • Kabupaten Madiun
    • Kabupaten Magetan
    • Kabupaten Malang
    • Kabupaten Mojokerto
    • Kabupaten Nganjuk
    • Kabupaten Ngawi
    • Kabupaten Pacitan
    • Kabupaten Pamekasan
    • Kabupaten Pasuruan
    • Kabupaten Ponorogo
    • Kabupaten Probolinggo
    • Kabupaten Sampang
    • Kabupaten Sidoarjo
    • Kabupaten Situbondo
    • Kabupaten Sumenep
    • Kabupaten Tuban
    • Kabupaten Tulungagung
    • Kabupaten Trenggalek
  • Desa Kita
  • Wisata & Kuliner
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Pemerintahan
  • Hukum
  • Lainnya
    • Ekonomi
    • Politik
    • TNI-POLRI
    • Olahraga
    • Religi
    • Esai

© 2025 Javasatu. All Right Reserved