Artikel ini ditulis oleh: Andi M. Nirmansyah/ Pokjawarkotu (Kelompok Kerja Wartawan Kota Tua)
JAVASATU.COM- Di sudut kawasan Kota Tua, Jakarta, berdiri sebuah bangunan tua yang menyimpan napak tilas kejayaan bahari Indonesia. Gedung bersejarah di Jalan Pasar Ikan No. 1, Jakarta Utara, itu kini dikenal sebagai Museum Bahari, tempat di mana aroma rempah dan kisah pelaut Nusantara masih terasa hingga hari ini.

Museum Bahari resmi dibuka pada tahun 1977. Namun, jauh sebelumnya, bangunan ini adalah gudang penyimpanan milik Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Dari sinilah rempah-rempah, kopi, hingga teh dikumpulkan sebelum diberangkatkan ke berbagai penjuru dunia.
Lokasinya yang berada dekat Pelabuhan Sunda Kelapa, yakni salah satu pelabuhan tertua di Indonesia, menjadikannya saksi bisu perdagangan maritim sejak masa kolonial.
Memasuki area museum, pengunjung seakan diajak menyeberang waktu. Koleksi yang terpajang tidak sekadar benda mati, melainkan potongan sejarah.
Di antara yang paling menarik adalah replika kapal tradisional Nusantara, seperti pinisi dari Bugis-Makassar dan jukung dari Bali, yang menunjukkan betapa hebatnya kemampuan leluhur bangsa dalam merancang perahu.
Tak ketinggalan, deretan alat navigasi kuno, artefak perdagangan rempah, serta diorama pertempuran laut yang menggambarkan serunya perjalanan Indonesia sebagai bangsa maritim.
Namun, Museum Bahari bukan sekadar gudang artefak. Lebih dari itu, ia adalah ruang belajar terbuka tentang jati diri bangsa.
Melalui setiap koleksinya, museum ini mengingatkan betapa pentingnya laut dalam membentuk identitas Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Laut bukan hanya pemisah, melainkan penghubung budaya, perdagangan, dan peradaban.
Bagi generasi muda, berkunjung ke Museum Bahari ibarat membaca buku sejarah dalam bentuk nyata. Mereka bisa merasakan bagaimana laut membentuk kehidupan, sekaligus menyerap kearifan lokal yang diwariskan nenek moyang. Pesan yang tersirat jelas: menjaga warisan maritim adalah menjaga masa depan bangsa.
Menutup perjalanan di museum ini, pengunjung tak hanya pulang dengan ingatan tentang koleksi bersejarah, tetapi juga dengan kesadaran baru, bahwa Indonesia sejatinya adalah bangsa pelaut yang besar, dengan laut sebagai halaman depan rumahnya. (*)