email: javasatu888@gmail.com
  • Beranda
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • EKONOMI
  • PEMERINTAHAN
  • POLITIK
  • HUKUM
  • OLAHRAGA
  • WISATA & KULINER
  • ESAI
Javasatu.com
Rabu, 27 Agustus 2025
No Result
View All Result
Javasatu.com
No Result
View All Result

KH Istamar Singosari Tak Bisa Melihat Namun Dapat Membaca Al Qur’an

by Syaiful Arif
25 Februari 2021
ADVERTISEMENT

Javasatu,Malang- Pada tahun 1950 an, KH Istamar Hanafi mendirikan sebuah tempat pembelajaran Al Qur’an di Desa Langlang Kecamatan Singosari Kabupaten Malang, Jawa Timur.

KH Istamar Hanafi, Pendiri PTSQ. (Foto: Dok. PTSQ Langlang Singosari Kabupaten Malang)

Seorang cucunya bernama Ahmad Nahru Ulum (Gus Nahru) menceritakan, tempat pembelajaran itu sekarang bernama Pesantren Tahfidz Syafa’atul Qur’an (PTSQ).

“Kala itu beliau (KH Istamar, red) belum mengalami kebutaan (masih bisa melihat)” kata Gus Nahru, yang sekarang mengasuh PTSQ itu, Kamis (25/2/2021).

Awalnya PTSQ itu hanya berupa musala kecil di tengah pemukiman penduduk Desa Langlang Singosari. Pendirian musala bertujuan sebagai tempat mengaji dan menimbah ilmu agama Islam kala itu untuk masyarakat desa Langlang Singosari dan sekitar seperti Kepuh, Bunder, Bunut, Balong, Ngenep, dan Genitri.

Namun, keinginan tak sesuai kenyataan, tak banyak masyarakat desa yang mau melakukan kegiatan agama di tempat itu.

Hingga dengan sabar, ikhlas dan telaten KH Istamar setiap hari harus berjalan keliling kampung di Desa Langlang dan sekitarnya untuk memberikan pembelajaran membaca Al Qur’an (mengaji) dan Sholat lima waktu di rumah penduduk.

Dengan kegigihan KH Istamar, sedikit demi sedikit, masyarakat mau menunaikan sholat lima waktu dan mengaji di musala yang ia bangun.

BacaJuga :

Satlantas Polres Gresik Edukasi Warga di Karnaval HUT ke-80 RI Desa Sukorejo

Wali Kota Batu Lepas 21 Sekolah di Lomba Gerak Jalan SD/MI se-Junrejo

KH Istamar Tak Bisa Melihat ‘Mengalami Kebutaan’

KH Istamar Hanafi (kiri), Nyai Siti R (kanan). (Foto: Dok. PTSQ Langlang Singosari Kabupaten Malang)

Gus Nahru mengatakan, memasuki awal tahun 1960 an, saat itu KH Istamar berusia 40 tahun. Suatu hari pada bulan Ramadhan masyarakat desa sedang melaksanakan sholat Tarawih berjamaah di musala (sekarang menjadi PTSQ, red), ditengah sholat Tarawih di desa setempat itu ada sekelompok masyarakat menggelar pertunjukan Tayub.

“Dianggap Mbah Istamar tayuban itu mengganggu orang-orang sholat tarawih, mbah mendatangi pertunjukkan untuk menyuruh berhenti, tapi salah satu orang yang berkuasa di tayub itu tidak terima. Saat itu Mbah Istamar belum hafal Al Qur’an” ungkap Gus Nahru.

Adanya kejadian itu, orang yang berkuasa tidak terima kepada KH Istamar, dikatakan Gus Nahru, setelah kejadian itu KH Istamar mengalami kebutaan atau matanya tidak bisa melihat.

“Tapi hanya Allah SWT yang memiliki kehendak semuanya. Bukan karena mereka yang membutakan mbah tap itu semua karena Allah” tegas Gus Nahru.

Perjalanan KH Istamar Hanafi Menghafal Al Qur’an

KH Asnawi Ishaq (kiri), KH Mufid Mas’ud (kanan). (Foto: Dok. PTSQ Langlang Singosari Kabupaten Malang)

Dalam kondisi mengalami kebutaan, dituturkan Gus Nahru, masih di bulan puasa Ramadhan, KH Istamar bertemu dengan KH. Mufid Mas’ud Krapyak Yogyakarta yang kebetulan memimpin sholat tarawih di salah satu masjid di Singosari setiap bulan Ramadhan.

“Saat itu mbah (KH Istamar, red) bercerita kepada KH Mufid usai mengalami kebutaan, mbah ngendikan saat tidur bermimpi diberi tombak dan Al Qur’an oleh Bung Karno. Terus KH Mufid ngendikan, berati sampeyan disuruh menghafakan Al Qur’an untuk meningkatkan derajat sampeyan” cerita Gus Nahru.

Usai bertemu KH Mufid, dalam kondisi tak bisa melihat berangkatlah KH Istamar bersama sang istri untuk memperdalam ilmu Al Qur’an ke Krapyak Yogyakarta.

Selama ditinggal ke Yogyakarta, PTSQ (dahulu masih berupa surau kecil pusat mengaji orang desa), diamanahkan kepada KH Asnawi Ishaq (ayah kandung Gus Nahru Ulum).

“Pada saat mbah (KH Istamar) menunjuk ayah saya (KH Asnawi) untuk memangku pesantren dulu seakan sudah diberikan petunjuk oleh Allah SWT. Ayah datang ke Singosari juga atas petunjuk mimpi. Ayah saya lulusan Kencong. Ayah tidak pernah menginjakkan kaki di Singosari, kala itu, KH Istamar sedang mencari orang alim untuk bisa mengasuh pesantren selama ditinggal beliau ke Yogyakarta. Singkat cerita bertemu lah dengan KH Asnawi” terang Gus Nahru.

KH Istamar dalam kondisi tidak bisa melihat, dengan sabar sang anaknya bernama ibu Nyai Sya’adah (ibu Gus Nahru) menuntun menghafal Al qur’an lafadz demi lafadz, hingga akhirnya dalam waktu 8 bulan KH Istamar berhasil menjadi seorang hafidz.

“Ibu sekarang masih ada, alhamdulillah” ucap Gus Nahru.

Setelah menghafal Al Qur’an di Yogyakarta, KH Istamar kembali lagi ke Singosari. Dan kepengurusan pesantren diserahkan kembali kepada KH Istamar.

“Ayah mboten wantun ngurusi pondok, nopo jare mbah mawon (Ayah tidak berani mengurusi pondok, diserahkan ke mbah kembali). Mbah bilang gak usah diberi pembelajaran atau ngaji kitab, karena menghafal Al Quran saja sudah berat. Dan ayah saya tidak lagi memanggil ayah mertua kepada KH Istamar, namun memanggil Kyai. Sebuah bentuk takdzim” ungkap Gus Nahru menirukan cerita kala itu.

Peralihan KH Asnawi Ishaq kepada Sang Putra ‘Gus Nahru’

KH Asnawi Ishaq. (Foto: Dok. PTSQ Langlang Singosari Kabupaten Malang)

Singkat cerita, tongkat kepemimpinan Pesantren Tahfidz Syafa’atul Qur’an (PTSQ) saat ini dipegang oleh cucu KH Istamar Hanafi, yang juga anak kandung KH Asnawi Ishaq yaitu Gus Nahru Ulum.

Gus Nahru, seorang hafidz yang juga lulusan dari Universitas Brawijaya (UB), kini, ia telah mengasuh pesantren tahfidz yang memiliki ratusan santri di Desa Langlang Singosari Kabupaten Malang.

Menurut Gus Nahru, menghafal Al Qur’an itu harus dari hati, artinya harus ada keterkaitan bathin dengan Al Qur’an.

“Menghafal Al Qur’an dengan cepat, maka akan cepat lupa juga. Seorang mau menghafal Al Qur’an jenjangnya berbeda beda, ada yang cepat ada yang sampai puluhan tahun” kata Gus Nahru, Kamis (25/2/2021).

Alumni PTSQ Langlang Singosari. (Foto: Dok. PTSQ Langlang Singosari Kabupaten Malang)

Diungkapkan Gus Nahru, untuk itu dalam rangka memperingati Haul Akbar KH Istamar Hanafi ke-34 ia berpesan bahwa, dalam menimbah ilmu agama Islam carilah sumber yang benar-benar kredibel dan bisa dipertanggung jawabkan, terutama dalam menghafal Al Qur’an.

“Dalam mencari ilmu yang dilihat pertama adalah Guru. Carilah guru yang sanadnya Rasulullah, guru amaliyah tidak jauh dari Al Qur’an, guru yang ikhlas, ahli riyadho, doa nya itu yang penting, karena gurunya itu yang penting bukan lafadznya. Ruhnya itu yang paling penting, itu ilmu sejati. Kalau lafadznya itu ilmu pengetahuan sepeti kuliah. Barokahnya seorang kyai itu kuncinya” pungkas Gus Nahru.

Sebagai tambahan informasi, Haul Akbar KH Istamar Hanafi ke-34 dan Reuni Alumni Santri Ponpes Syafa’atul Qur’an Langlang Singosari Kabupaten Malang akan dilaksanakan pada 27 Februari 2021. Acara digelar mulai pukul 05.00 Wib. (Saf)

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
Tags: Haul KH IstamarHuman InterestKH Asnawi IshaqKH Istamar HanafiKH Mufid Mas'udPesantren Krapyak YogyakartaPesantren Tahfidz Syafa'atul Qur'anPonpes SingosariPTSQ Langlang Singosari

Comments 1

  1. Ping-balik: Haul Ke-34 KH Istamar Singosari Malang dan Reuni Santri - Harmony Society - Javasatu

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

BERITA TERBARU

Satlantas Polres Gresik Edukasi Warga di Karnaval HUT ke-80 RI Desa Sukorejo

Wali Kota Batu Lepas 21 Sekolah di Lomba Gerak Jalan SD/MI se-Junrejo

ADVERTISEMENT

Tugu Tirta Kota Malang Lahirkan TANIA, Manfaatkan AI untuk Layanan 24 Jam

Suyadi Salurkan Pokir DPRD Kota Malang untuk Warga, Dorong Pendidikan dan Kesejahteraan

Kelurahan Sidomoro Gresik Gencarkan Home Visit, Jaring Balita Tak Ikut Posyandu

Prev Next

POPULER HARI INI

Taji Lestari Dorong Kolaborasi Teknologi Metalurgi Tosan Aji dan Digitalisasi untuk Inovasi Masa Depan

TosanAji.id Jalin Kolaborasi dengan Museum dan Sanggar Keris Mataram Yogyakarta

Arema FC Siap Menang Lawan Persijap Jepara di Super League 2025

Festival Olahraga Tradisional 2025 di Pasuruan, Bupati Rusdi Optimistis Cetak Atlet Berprestasi

Makam Nyai Ageng Pinatih Akan Ditetapkan sebagai Cagar Budaya

BERITA LAINNYA

LAKSI: Usut Tuntas Aksi Anarkis dan Pembakaran Kendaraan dalam Demo di DPR

Transformasi Babek Jadi Balog, TNI Perkuat Sistem Logistik Modern

Indonesia Tambah Hercules A-1343 untuk Perkuat Misi Bantuan Kemanusiaan Gaza

Taji Lestari Dorong Kolaborasi Teknologi Metalurgi Tosan Aji dan Digitalisasi untuk Inovasi Masa Depan

Baharkam Polri Lakukan Wasdal I Sistem Manajemen Pengamanan Obvitnas di PT Bukit Asam

Prev Next

BERITA KHUSUS

DPRD Kabupaten Malang dan Bupati Sanusi Sepakat Perkuat Tata Kelola Daerah

RSUD Gresik Sehati Resmi Dibuka, Percepat Akses Layanan Kesehatan di Gresik Selatan

Prev Next

POPULER MINGGU INI

Diskon Pajak 80% dari Bupati Yani, Warga Gresik Serbu Kantor Kecamatan Bayar PBB

TosanAji.id Jalin Kolaborasi dengan Museum dan Sanggar Keris Mataram Yogyakarta

Taji Lestari Dorong Kolaborasi Teknologi Metalurgi Tosan Aji dan Digitalisasi untuk Inovasi Masa Depan

Festival Olahraga Tradisional 2025 di Pasuruan, Bupati Rusdi Optimistis Cetak Atlet Berprestasi

OPINI: Refleksi HUT ke-80 RI, Sehat Mental Wujud Merdeka yang Sesungguhnya

  • Tentang Javasatu
  • Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Siber
  • Kode Perilaku Perusahaan
  • Perlindungan Wartawan

© 2025 Javasatu. All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

  • Beranda
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • EKONOMI
  • PEMERINTAHAN
  • POLITIK
  • HUKUM
  • OLAHRAGA
  • WISATA & KULINER
  • ESAI

© 2025 Javasatu. All Right Reserved