JAVASATU.COM- Aliansi Masyarakat dan Pemuda Nusantara Merah Putih (AMPUH) mendesak Presiden Prabowo Subianto dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mengusut tuntas dugaan penyiksaan yang menyebabkan kematian Prada TNI Lucky Cepril Saputra Namo.

Sekjen AMPUH, Heru Purwoko, menyampaikan belasungkawa sekaligus mengecam peristiwa tersebut. Ia menyebut kekecewaan ayah korban, Serma Kristian Namo, dapat dipahami.
“Kalau Prada Lucky gugur di medan perang, mungkin sang ayah bisa menerima. Tapi mati di asrama oleh sesama prajurit, itu mati konyol,” kata Heru, Sabtu (9/8/2025).
Prada Lucky diketahui bertugas di Batalyon Yonif Teritorial Pembangunan-834 Waka Nga Mere, Nagekeo, NTT, baru dua bulan setelah lulus pendidikan Tamtama TNI AD. Menurut Heru, korban sempat bercerita kepada ibunya, Sepriana Paulina Mirpey, bahwa ia disiksa sekitar 20 seniornya pada akhir Juli 2025.
Korban mengaku dicambuk selang dan sempat mencari pengobatan ke rumah keluarga angkatnya. Namun, para senior menjemput dan membawanya kembali ke batalyon, lalu diduga melanjutkan penyiksaan selama berhari-hari hingga tubuhnya penuh luka.
Kondisi Prada Lucky menurun dan ia dilarikan ke rumah sakit sebelum akhirnya meninggal pada 6 Agustus 2025.
“Ini bukan pembinaan atau penggemblengan, tapi murni penyiksaan,” tegas Heru.
AMPUH menuntut proses hukum tanpa pandang bulu terhadap semua pihak yang terlibat.
“Nyawa dibayar nyawa. Mau perannya sedikit atau banyak, semua harus diproses hukum seberat-beratnya,” pungkas Heru. (saf)