Runtuhnya Bani
Oleh: Esge Laksana – Dewan Pakar Satupena Jawa Timur
Minggu Wage, 23 April 2023 Masehi atau bertepatan dengan 3 Syawal 1444 Hijriyah. Pukul 09.00 bolo kurowo, mulai dari ibu mertua, kakak ipar, keponakan, anak, menantu, sampai cucu sudah siap. Siap hadiri acara reuni keluarga Bani Asmo Rejo di rumah keluarga besar bude Imam. Rumah bude Imam bersebelahan dengan Lembaga Pemasyarakatan. Sesekali terdengar lonceng dari penjara. Acara dimulai pukul 10.00 WIB dan kami sekeluarga berangkat 09.30 WIB. Ada yang naik mobil, sepeda motor, dan jalan kaki.
Tempat reuni keluarga tidak jauh dari rumah ibu mertua. Pukul 10.05 WIB acara dimulai. Semua petugas dari keluarga tuan rumah, anak cucu bude Imam. MC, pembaca sari tilawah, dan pembaca doa mengenakan baju seragam warna merah marun. Untuk membedakan tuan rumah dan tamu.
Acara berlangsung lancar, dan diakhiri dengan saling berjabat tangan. Saling meminta maaf. Saling memaafkan. Ibu mertua adalah generasi paling tua (88 tahun) yang hadir di acara ini. Duduk di depan ditemani kerabat lain. Mungkin acara semacam ini juga berlangsung pada keluarga lainnya saat Idulfitri.
Saat lebaran kumpul bersama. Yang istimewa dari acara semacam ini adalah berkumpulnya beberapa generasi dari sebuah bani. Dari generasi yang terlahir tahun 1940 – 1950-an, 1960 – 1970-an, sampai yang terlahir tahun 2020-an. Tak seluruhnya saling mengenal, walau berasal dari bani yang sama. Hanya keluarga inti yang saling mengenal. Atau generasi seangkatan atau sepantaran.
Generasi yang terlahir tahun 2000-an ada yang tidak saling kenal. Apalagi tempat tinggalnya berbeda, beda kota, beda provinsi, beda pulau. Reuni keluarga satu tahun sekali, sempat terhenti karena pandemi tak cukup mengakrabkan antar dan sesama generasi.
Saat acara ramah tamah dan keakraban. Beberapa anak yang terlahir antara tahun 1990-an sampai 2015, disilahkan tampil di panggung kecil yang disediakan. Mereka disuruh menebak nama orang yang ditunjuk oleh MC. Panggilannya apa? Mbah lanang/mbah wedhok, paklik/bulik, mas/mbak, adik, ipar, keponakan, sepupu, atau lainnya.
Ternyata banyak yang tak tahu namanya. Apalagi panggilan sedulurannya. Padahal mereka dari bani yang sama, Bani Asmo Rejo. Bagi generasi yang terlahir tahun 1965-an mbah Asmo Rejo tak lagi dijumpai. Apalagi, generasi yang terlahir tahun 2000-an, Asmo Rejo mungkin tokoh fiktif, tak lagi dikenal apalagi dikenang. Mungkin generasi sekarang lebih mengenal tokoh fiktif hollywood yang tampil nyata dalam layar kaca. Bani Asmo Rejo, tak lagi saling mengenal akrab. Mungkin, suatu saat kebesaran nama Bani Asmo Rejo, akan melahirkan dan digantikan oleh bani-bani yang lain.
Ketika keturunan mbah Asmo Rejo beranak pinak. Menjadi keluarga besar. Mungkin saja Bani Asmo Rejo, ada tandingan Bani Koesnaini, Bani Imam dan bani lainnya. Hal ini, bisa saja terjadi, karena bani berarti keturunan, anak cucu, atau golongan. Maka, Bani Koesnaini adalah keturunan, anak cucu, atau golongan dari moyang yang bernama Koesnaini. Koesnaini adalah salah satu cucu dari mbah Asmo Rejo, maka anak keturunan Koesnaini juga keturunan, cucu cicit, dan golongan Asmo Rejo.
Runtuhnya sebuah bani, tidak perlu dengan kudeta, atau perang saudara. Runtuhnya sebuah bani, karena ada semangat keturunan, anak cucu, cicit, canggah, atau golongan, untuk menghadirkan, menghormati, dan mengenang moyang yang telah tiada.