JAVASATU.COM-GRESIK- Bupati Gresik H. Fandi Akhmad Yani, mengajak para pemangku kepentingan untuk bersama-sama perangi bullying, pelecehan seksual dan intoleran di lingkungan pendidikan.
Hal tersebut disampaikan Bupati dalam sambutannya, usai mengukuhkan Forum Komunikasi Transisi PAUD-SD Kabupaten Gresik masa bhakti 2023 – 2026 di Hotel Front One, Selasa (18/7/2023).
“Tigal hal ini harus kita perangi untuk menuju sistem penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, berkualitas dan inovatif, “ungkap Gus Yani sapaan akrab Bupati Gresik.
Lebih lanjut Gus Yani mengatakan, transisi anak dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ke Sekolah Dasar (SD) perlu diperhatikan oleh guru dan orang tua.
“Transisi PAUD-SD merupakan proses perpindahan peran anak sebagai peserta didik PAUD menjadi peserta didik SD. Serta penyesuaian diri anak dengan lingkungan belajar baru,” kata Gus Yani.
Menurut Gus Yani, transisi PAUD- SD perlu diperhatikan. Karena PAUD sebagai pondasi jenjang pendidikan dasar yang membutuhkan kesinambungan stimulasi sosial emosional, bahasa motorik dan kognitif. Sampai kegiatan pembelajaran di jenjang berikutnya.
“Guna membangun koordinasi antara PAUD-SD secara sistemik dan berkelanjutan, maka dibutuhkan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan,” ungkap Gus Yani menerangkan.
“Ini dilakukan untuk menyelaraskan praktik-praktik pembelajaran di SD agar dapat mendukung pembelajaran di PAUD dan sebaliknya,” jelas Gus Yani menambahkan.
Dikatakan, setelah pengurus dikukuhkan, artinya harus mempunyai tanggung jawab bersama dan punya peran strategis dalam membuka sistem PAUD yang menyenangkan. Ini harus terus disosialisasikan hingga pelosok desa baik di daratan maupun kepulauan.
“Mudah-mudahan forum komunikasi masa transisi PAUD-SD ini menciptakan generasi yang unggul dan berkembang,” harapnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik S. Hariyanto, dalam laporannya menyampaikan. Untuk menyukseskan program PAUD-SD maka perlu dibentuk Forum Komunikasi Transisi PAUD-SD di semua Kabupaten/Kota. Agar program tersebut berjalan efektif, maksimal dan tersosialisasikan ke seluruh masyarakat.
Diungkapkan, program ini memuat tiga hal penting diantaranya menghilangkan tes calisting, masa orientasi dua pekan dan pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak.
“Enam kemampuan fondasi tersebut terdiri dari, pertama, Mengenal nilai agama dan Budi pekerti. Kedua, Keterampilan sosial dan bahasa untuk berinteraksi. Ketiga, Kematangan emosi untuk berkegiatan di lingkungan belajar. Keempat, Kematangan kognitif untuk melakukan kegiatan belajar, pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri untuk berpartisipasi di lingkungan belajar secara mandiri. Dan kelima, Pemaknaan belajar adalah suatu hal menyenangkan dan positif,” paparnya.
Baca Juga:
Menurut dirinya, proses enam fondasi ini perlu dikuasai oleh anak dan diajarkan oleh satuan pendidikan. Serta dibangun secara berkelanjutan mulai dari PAUD hingga SD.
“Dengan demikian, anak-anak akan memiliki landasan yang kuat untuk menghadapi pendidikan lanjutan dan mengembangkan potensi mereka secara optimal,” pungkasnya. (Bas/Arf)