JAVASATU.COM-MALANG- Pengasuh Ponpes Babussalam, Pagelaran, Kabupaten Malang, KH Thoriq Bin Ziyad turut bicara dan beranggapan bahwa putusan Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan dinamika politik yang cukup wajar.
Menurut Gus Thoriq sapaan akrabnya, siapapun orangnya, yang berwarga negara Indonesia berhak mencalonkan diri sebagai Presiden dan Wakil Presiden
“Kalau harapan kami sejak lama, sosok anak muda yang enerjik harus punya peluang memimpin bangsa ini. Salah satunya seperti figur AHY,” tegas Gus Thoriq yang pendukung Partai Demokrat ini, Senin (17/10/2023).
Gus Thoriq yang juga Inisiator Hari Santri Nasional itu menyebut, siapapun berhak ikut berkompetisi dalam Pemilu 2024.
“Dan ini dinamika kehidupan bernegara yang tidak mungkin bisa lepas dari takdir dan kekuasan Allah SWT. Seperti surat Ali Imron ayat 26, siapapun yang dikehendaki oleh-Nya, pasti terjadi, jika tidak meski didukung oleh manusia seluruhnya, ya tidak akan terjadi,” terang Gus Thoriq.
Ditanya sosok Gibran sebagai penerus kekuasaan Jokowi yang digadang-gadang akan digandeng Prabowo, Gus Thoriq mengaku, semua orang yang berkuasa akan selalu ingin terus berkuasa.
“Semua penguasa dunia akan selalu ingin terus berkuasa. Ini manusiawi. Sistem dibuat untuk melanggengkan kekuasaan atau merebut kekuasaan bagi calon penguasa. Tapi semua harus bermuara kepada daulat negara dan kesejahteraan rakyat,” tuturnya.
Gus Thoriq bilang, demokrasi di Indonesia tidak boleh keluar dari rel nya dan harus tetap sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
“Simpel nya begini, kalau Indonesia, harus sesuai pancasila dan UUD 45. Kalau melanggar atau memaksakan ego dan menafikkan keadilan dan kesejahteraan rakyat, saya menilai akan berakibat tidak baik dan menimbulkan dis-integrasi bangsa,” tegas Gus Thoriq.
Ditannya tentang putusan MK, menurut pandangannya apakah sarat dengan muatan Politis?
“Semua akan beranggapan ada kepentingan pak. Paling mudah ya, melihat timing nya dan ada akrobat politik anak penguasa, gampang dipahami, kalau itu sarat dengan kepentingan,” ujarnya.
Dalam hal ini Gus Thoriq juga mengkritisi keputusan MK, ia menilai arah demokrasi tidak lebih baik dari tahun tahun sebelumnya.
“Kami merasa tidak lebih baik dari sebelumnya, hukum harusnya ditegakkan tanpa ada kepentingan politik taktis, tapi sesuai dengan semangat keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Semangat reformasi 98 atau 2000, serasa telah tidak ada. Dan KKN terasa sangat kental dan vulgar di viewer masyarakat. Serasa kita kembali ke era sebelumnya, dan bahkan lebih dari sebelumnya,” beber Gus Thoriq.
Pria yang juga mencalonkan diri sebagai DPR RI dapil Malang Raya ini menambahkan, dinamika politik saat ini berjalan sangat cepat.
“Dinamika politik saat ini sangat cepat. Kalau saya sebagai kader, ikut saja sama AHY sebagai Ketum,” ucapnya.
Terakhir, Gus Thoriq mengatakan, siapapun orang punya kans atau peluang sama dalam pesta demokrasi.
“Sebenarnya saya juga kans menjadi cawapres atau capres. Sayang, saya bukan anak penguasa. Sebab saya satu satunya orang daerah yang pernah merubah peradaban bangsa ini dengan semangat santri. Sehingga kalau disuruh memilih, saya pribadi ingin AHY muncul sebagai capres dan ning Yenni Wahid sebagai cawapres,” tukas Gus Thoriq. (Agb/Nuh)