Javasatu,Blitar- Kali ini Asih Mring Sesami melanjutkan perjalanan Jilid 4 dengan rute tujuan di dua tempat bernilai sejarah dan spiritual, yakni Kediri dan Blitar. Dalam waktu sehari, mereka akan menuju Gunung Kelud dan juga Candi Penataran.
Perjalanan diawali dengan berdoa di makam Eyang Wali Handoko Kusumo (Alm) di Babadan, Kecamatan Kesamben, Blitar pada pukul 08.00.
Setelah memanjatkan doa, perjalanan dilanjutkan menuju Gunung Kelud sekitar pukul 10.30.
Walaupun saat ini Gunung Kelud masih belum dibuka untuk umum, namun untuk keperluan tertentu Asih Mring Sesami diizinkan untuk masuk menuju beberapa spot sejarah yang ada di dalamnya.
Sedikit mengulas tentang nilai sejarah yang ada di Gunung Kelud. Gunung ini memiliki sejarah tentang tempat bertapanya orang sakti pada masa kerajaan Kediri. Ia bernams Tunggul Wulung atau Den Bagus Kliwon yang juga diyakini merupakan penjaga kawah Gunung Kelud.
Tidak hanya itu, Gunung Kelud juga memiliki legenda tentang penghianatan Dewi Kilisuci terhadap 2 raja sakti yg berkepala kerbau yaitu Mahesa Suro dan Lembu Suro.
“Gunung Kelud sampai sekarang juga masih mengadakan kegiatan spiritual atau larungan setiap bulan Suro,” ujar Pak Dul, penjaga wisata Gunung Kelud.
Tanjakan Gravitasi
Ada hal menarik yang ada di kawasan wisata Gunung Tanjakan gravitasi salah satu menjadi destinasi yg sangat unik di Gunung Kelud, karena di tanjakan ini kendaraan bisa jalan atau bergerak sendiri tanpa menyalakan mesin .
“Keindahan gunung kelud juga masih sangat terjaga, pengunjung di himbau agar selalu menjaga kebersihan dan kesopan ketika di gunung kelud,” pesan pak Dul.
Menuju Candi Penataran
Sekitar pukul 12.30, Asih Mring Sesami melanjutkan perjalanan menuju daerah Nglegok, Blitar menuju Candi Penataran.
Candi yang juga memiliki nama lain Candi Palah ini bercorak Hindu Siwa. Berdiri pada tahun 1200 M oleh Raja Srengga dari Kerajaan Kadiri.
Di dalam kompleks candi ini terdapat sendang atau mata air yang konon tidak pernah kering atau surut meski sudah ada ribuan tahun, mata air ini digunakan sebagai upacara pensucian dewa gunung.
“Seperti sama halnya dengan tempat sakral lainya, kita semua agar tetap menjaga kelestarian dan kebersihan,” ujar Jainuri, penjaga candi.
Semoga dengan tour ini kita semua bisa melestarikan dan menjaga peninggalan budaya nenek moyang agar tidak hilang di masa mendatang. (Bak/Krs)