JAVASATU.COM- Syaiful Anam kembali terpilih memimpin Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Jawa Timur untuk periode 2025-2030.

Pemilihan berlangsung dalam Musyawarah Daerah (Musda) JMSI Jatim, yang digelar di Crown Prince Hotel Surabaya, Kamis (27/11/2025), bersamaan dengan Focus Group Discussion (FGD) bertema “AI dan Masa Depan Kebenaran: Tantangan Baru Jurnalisme Modern”.
Musda yang dipimpin Machmud Suhermono diikuti pengurus dan seluruh anggota JMSI se-Jatim. Dan dibuka Kepala Dinas Kominfo Jatim Sherlita Ratna Dewi Agustin, S.Si, M.IP.
Syaiful Anam terpilih secara aklamasi, menegaskan kembali kepercayaan anggota terhadap kepemimpinannya.
“Jika baik maka dukunglah, tetapi jika salah maka ingatkanlah,” ujar Syaiful Anam setelah resmi terpilih.
Ia menegaskan bahwa periode lima tahunan cukup untuk pergantian kepemimpinan agar organisasi tetap segar, sekaligus menekankan pentingnya program kaderisasi dan rekrutmen anggota baru.
Syaiful menambahkan, kaderisasi bukan sekadar pergantian pimpinan, tetapi juga pembinaan anggota, membantu anggota yang kurang optimal agar meningkat kinerjanya.
Kedepannya, ia berkomitmen mendukung anggota JMSI meningkatkan kinerja media siber, baik dari sisi perusahaan maupun kualitas konten jurnalistik.
Selain agenda pemilihan, Musda JMSI Jatim juga menggelar FGD mengenai perkembangan Artificial Intelligence (AI) dalam jurnalisme.
Kepala Dinas Kominfo Jatim, Sherlita Ratna Dewi Agustin, menekankan bahwa penggunaan AI tetap harus patuh pada kode etik, menjunjung akurasi, dan menghormati hak cipta serta privasi, tanpa menggeser peran wartawan sebagai penjaga kebenaran.
“Penggunaan AI harus selalu berada di bawah kendali manusia, patuh pada kode etik jurnalistik, serta menjunjung akurasi, verifikasi, dan penghormatan terhadap hak cipta serta privasi,” ujar Kadis Kominfo Jatim.
Ia menambahkan bahwa AI sebaiknya dimanfaatkan sebagai alat bantu yang memperkaya kualitas jurnalisme.
“Tanpa menggeser peran penting wartawan sebagai penjaga kebenaran,” tambah Sherlita.
Pakar komunikasi sekaligus Dosen Untag Surabaya, Ir. Wahyu Kuncoro, M.Si menyebut, semula masyarakat terbiasa dengan media konvensional, kemudian muncul media sosial, dan kini AI.
“Sepertinya kita tidak siap, sehingga muncul kejahatan dunia internet termasuk penggunaan AI,” ujar Wahyu Kuncoro.
Menurutnya, penggunaan AI termasuk mengolah informasi dari big data. Artificial Intelligence (AI) atau Kecerdasan Buatan bekerja dengan menyerap data dalam jumlah besar, kemudian menganalisisnya untuk menemukan korelasi.
Ketua PWI Jatim, Lutfil Hakim maupun Wakil Ketua Umum JMSI Pusat, juga dosen UNESA, Dr. Eko Pamuji, M.Si sepakat bahwa penggunaan AI secara mutlak tetap menyalahi prinsip kerja jurnalistik.
“Ada data, apalagi beritanya orang lain yang kemudian dimasukkan AI agar diolah menjadi baru dan berbeda. Wah dosa rasanya,” ujar Lutfil Hakim.
Bahkan menurut Eko Pamuji, media yang hanya mengisi konten dengan kiriman rilis tanpa pengolahan wartawan tidak sesuai standar jurnalistik.
“Wartawan itu tugasnya mencari, mengumpulkan, mengolah dan mempublish berita,” ungkapnya. (arf)