JAVASATU.COM- Analis politik dan pemerhati sosial Nasky Putra Tandjung menilai tuduhan negatif terhadap Penasehat Khusus Presiden RI Bidang Pertahanan Nasional, Jenderal TNI (Purn) Dudung Abdurrachman, terkait program rumah prajurit TNI AD sarat muatan politik. Ia menegaskan, tuduhan itu tidak berdasar, tidak objektif, dan berpotensi memecah belah.

“Stop narasi sesat dan framing jahat untuk mendiskreditkan siapa pun, termasuk Jenderal Dudung. Penyebaran opini tanpa data sahih adalah bentuk penghakiman sepihak yang berbahaya,” kata Nasky di Jakarta, Selasa (5/8/2025).
Menurut Nasky, tudingan tersebut memutarbalikkan fakta karena kebijakan program rumah prajurit TNI AD bukan dimulai di masa Dudung menjabat sebagai KSAD, melainkan di era pejabat sebelumnya.
Justru, kata dia, Dudung yang menata, mengkoordinasikan, dan menyelesaikan persoalan agar program itu bermanfaat bagi prajurit sesuai aturan.
Selama memimpin TNI AD, Dudung disebut berhasil membangun 1.020 unit rumah dinas tipe K-45, 62 unit tipe K-70, dan 9 unit rumah susun pada 2021.
“Ini bukti nyata komitmen beliau terhadap kesejahteraan prajurit,” tambahnya.
Nasky menilai serangan terhadap Dudung bisa dibaca sebagai bagian dari strategi politik untuk melemahkan pendukung pemerintah. Ia menyebut taktik ini mirip policy sabotage atau decapitation strategy, yakni menyerang figur kunci untuk meruntuhkan legitimasi kebijakan.
“Publik harus cerdas. Jangan mudah termakan provokasi, kabar bohong, atau framing negatif yang bertujuan memecah belah,” ujarnya.
Ia mengajak semua pihak menjaga soliditas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan memastikan tokoh-tokoh penting tetap mendapat dukungan.
“Demokrasi sejati berdiri di atas kebenaran, bukan fitnah yang dibungkus opini,” tegasnya. (saf)