JAVASATU-MALANG- Terhitung hampir dua tahun pandemi COVID-19 melanda Indonesia, dampaknya, tidak sedikit pelaku usaha berjuang harus tetap eksis, dan tidak sedikit pula pelaku usaha harus rela menutup usahanya karena rugi. Salah satunya pelaku usaha Batik Tulis Lintang yang berada di Karangploso Kabupaten Malang.
D. Indra, Direktur Pemasaran Batik Tulis Lintang mengaku, di tengah pandemi COVID-19 masa PPKM Darurat ini, batik tulis yang mengandalkan padat karya dengan karakteristik peminat yang tidak banyak, sangat terasa dampaknya.
“Musim normal saja pembatik tulis harus ekstra dalam memasarkannya, itupun masih belum maksimal dalam penjualan, sekarang PPKM darurat dengan berbagai pembatasan membuat minat beli turun” kata D. Indra, Sabtu (24/7/2021).
Indra menjelaskan, batik tulis Lintang memiliki pembatik binaan sebanyak 10 orang, kondisinya saat ini harus rela untuk mengurangi produksi karena minat beli turun, diperparah beberapa pembatik juga harus Isolasi Mandiri (Isoman) lantaran ada keluarganya ataupun pembatiknya terkonfirmasi positif COVID-19.
“Biasanya mampu produksi sekitar 70 lembar kain sebulan, dengan kondisi seperti ini hanya 10 lembar” tambah Ita Fitriyah, Owner Batik Tulis Lintang.
Penyebaran COVID-19 juga dirasakan Indra yang baru pulang dari isoman selama 14 hari ini mengaku, disela masa istirahat dan pemulihan kesehatan, ia bersama Owner Ita yang juga istrinya mampu membuat 3 desain baru yang sangat eksklusif. Menurutnya, sangking eksklusifnya dari ketiga desain tersebut satu desain tidak akan diproduksi lagi selamanya.,
“Ada tiga desain yang sudah jadi selama PPKM darurat ini, Kawung Garudeya, Garudeya Sidomukti dan COVID-19. Motif COVID inilah yang tidak akan kami produksi lagi meskipun ada yang pesan” jelas Ita yang juga tercatat sebagai alumni mahasiswa Teknik Tekstil ITN Malang.
Kenapa tidak mau membuat lagi? wanita yang juga Humas Paguyuban Pembatik Kabupaten Malang ‘Hasta Padma’ ini beralasan COVID-19 adalah penyakit/wabah/pandemi tidak layak diabadikan sebagai bagian karya adiluhur budaya bangsa.
“Saya membuat ini karena momentum kesedihan banyak kolega, teman bahkan suami saya terkonfirmasi positif COVID-19, ada yang sehat kembali bahkan ada yang meninggal, jadi cukup satu ini saja meski ada yang pesan tidak akan saya buatkan,”ujar perempuan yang dikenal sebagai asesor pembatik Nasional.
Ita pun berniat melelang batik motif Coronanya dan hasil keuntungannya 50% bakal disumbangkan kepada yatim piatu dan warga sekitar galeri batik Lintang yang sedang isoman dan terdampak pandemi.
“Selama PPKM darurat berlangsung nyaris tak ada batik yang laku, ada tiga batik yang laku dibeli oleh Menteri Pertanian yang diwakili Kepala Badan Ketahanan Pangan, itupun dalam acara Agrotecnovision yang diadakan oleh BPTP Jawa Timur diawal PPKM pada 23, 24 Juni 2021 lalu” terang pemilik batik yang berdiri pada tahun 2014 lalu.
“Motif yang dibeli, motif Parang Arjuno Tlogosari, Liris Tlogosari dan Sidomukti Tlogosari, kesemuanya adalah motif asli dari batik tulis Lintang” tambah Ita.
Baca Juga:
Ia menegaskan, batik tulis Lintang dengan motif Tlogosari sudah dihibahkan kepada Pemerintahan Desa Ngijo.
“Agar dijadikan motif khas Desa Ngijo. hal ini didasari adanya telaga dan banyak ditumbuhi pohon telagasari yang kini lokasinya dikawasan Shanaya Resort” pungkas Ita. (Agb/Saf)
Comments 4