[Opini]
Akar Rumput menjadi Solusi Pembangunan Kota Malang
Oleh: Andik Chandra – Anggota POKJAMAS Madyopuro Kota Malang
Saat ini, kondisi perekonomian global, termasuk di Indonesia, sedang mengalami perlambatan. Daya beli masyarakat menurun, kepercayaan investor melemah, dan berbagai indikator menunjukkan tren negatif. Kita semakin sering disuguhkan berita tentang korupsi, kriminalitas, dan berbagai persoalan lainnya. Singkatnya, situasi ini tidak baik-baik saja.
Di tingkat lokal, Kota Malang memiliki potensi besar untuk bangkit. Dengan lebih dari 50 perguruan tinggi dan berbagai institusi pelatihan, kota ini menjadi gudang talenta berkualitas. Kehadiran Malang Creative Center (MCC) semakin menegaskan identitas Kota Malang sebagai pusat kreativitas dan inovasi.
Namun, di balik kemegahan akademisi dan industri kreatif, justru talenta di akar rumput yang sering kali menjadi penggerak utama. Mereka berkumpul dalam komunitas berbasis hobi, profesi, dan proyek, bergerak secara mandiri tanpa banyak keterlibatan dari pemerintah daerah. Mereka beraktivitas di studio kreatif, kafe, co-working space, dan berbagai pusat kreativitas lainnya. Jika Pemerintah Kota (Pemkot) Malang dapat melihat potensi ini, maka pembangunan kota bisa lebih dinamis dan inovatif.
Akar rumput adalah elemen yang hidup dan berinteraksi langsung dengan masyarakat. Mereka memahami kebutuhan warga dan mampu menciptakan solusi inovatif. Sayangnya, potensi ini belum sepenuhnya diakomodasi oleh Pemkot Malang. Jika semua komunitas ini dapat dikolaborasikan dan diberdayakan, dampaknya terhadap pembangunan kota akan luar biasa.
Salah satu contoh inisiatif akar rumput yang patut diapresiasi adalah pembangunan Kawasan Madyopuro Mangano. Proyek ini muncul dari inisiatif masyarakat yang ingin mengoptimalkan berbagai fasilitas di Madyopuro, seperti pintu tol, terminal, velodrome, serta berbagai potensi wisata dan olahraga di kawasan tersebut. Tujuan utamanya adalah menciptakan epicentrum baru bagi Kota Malang yang lebih maju dan berkelas.
Namun, ada tantangan besar yang harus dihadapi. Sering kali, inisiatif akar rumput tersingkir oleh kekuatan pemilik modal. Masyarakat hanya menjadi penonton di tanah mereka sendiri. Oleh karena itu, Pemkot Malang harus berpihak pada rakyat dan memastikan bahwa pembangunan tidak hanya menguntungkan segelintir orang, tetapi membawa kesejahteraan bagi semua warga.
Kelompok Kerja Masyarakat (POKJAMAS) Madyopuro telah berperan aktif dalam memperjuangkan proyek ini, memastikan bahwa masyarakat tetap menjadi tuan rumah di tanah mereka sendiri. Memang, pembangunan memerlukan modal besar, tetapi modal tersebut harus dikelola dengan prinsip keadilan dan kesejahteraan bersama.
Jelaslah bahwa akar rumput memiliki kekuatan besar dalam membangun Kota Malang. Di tengah kesulitan ekonomi, kerja sama dan gotong royong dari komunitas ini bisa menjadi energi besar untuk kemajuan kota. Kuncinya adalah mengelola dan memberdayakan potensi akar rumput secara strategis, bukan sekadar memanfaatkannya untuk kepentingan sesaat.
Mari bersama membangun Kota Malang yang lebih maju, kreatif, dan berkelas!
Vivat Societas!