JAVASATU.COM-MALANG- Budidaya burung lokal dan impor menjadi peluang usaha menjanjikan dengan potensi keuntungan signifikan. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada kesiapan indukan dan pengelolaan yang optimal.

Mohammad Zainul Arifin, seorang peternak burung kenari asal Desa Kemiri, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, menjelaskan bahwa proses pengeraman burung lokal membutuhkan waktu 14 hari hingga telur menetas. Setelah menetas, anak burung dirawat selama 25 hari sebelum siap dijual.
“Penghasilan rata-rata dari burung lokal mencapai sekitar Rp1,5 juta per bulan,” ungkap Zainul, yang akrab disapa Zae pada Kamis (21/11/2024).
Berbeda dengan burung lokal, kata Zaenal, budidaya burung impor menawarkan keuntungan lebih besar. Dengan dua indukan burung impor, seorang peternak dapat menghasilkan pendapatan sekitar Rp8 juta hingga Rp12 juta per bulan. Namun, harga bibit burung impor tergolong tinggi, seperti pejantan Yellow Sided Lovebird (YSL) yang mencapai Rp2,5 juta, sedangkan betinanya dihargai Rp1,5 juta.
“Kendala utama saat ini adalah kesiapan indukan dan pejantan. Dalam satu bulan, burung impor biasanya hanya mampu menetas satu kali,” jelas Zae.
Meskipun menghadapi tantangan seperti biaya tinggi dan perawatan intensif, Zae optimis usaha budidaya burung ini akan terus berkembang. Burung impor tetap menjadi pilihan utama karena harga jualnya yang tinggi di pasar.
“Ke depan, dengan pengelolaan yang lebih baik, saya yakin potensi budidaya burung ini akan semakin besar,” tutupnya penuh semangat. (Arf)