JAVASATU.COM-SURABAYA- Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur Surabaya terus berbenah dalam memperbaiki kinerja dan pelayanan kepada masyarakat agar bisa menjadi rumah sakit yang terpercaya dan friendly. Salah satu upaya itu dilakukan melalui Forum Konsultasi Publik dan Penandatangan Citizen’s Charter di Graha Menur, Surabaya, Kamis (19/10/2023).
Acara ini dihadiri hampir seluruh stakeholder RSJ Menur Surabaya, mulai dari mantan pasien, RT/RW di lingkungan Kecamatan Gubeng, Kelurahan, Kecamatan, Puskesmas, hingga aktivis kesehatan, praktisi dan juga dosen perguruan tinggi-perguruan tinggi yang memiliki fakultas atau program studi kesehatan di Surabaya.
Selain itu dari BPJS dan Biro Perekonomian Pemprov Jatim, serta organisasi media yakni Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Provinsi Jatim.
“Kami ingin mendapat masukan dari seluruh stakeholder agar bisa memperbaiki diri, terutama dalam pelayanan dan menjaga kepercayaan masyarakat. Untuk itu forum ini penting bagi kami dan monggo siapa saja silahkan memberikan masukan, akan kami terima dengan senang hati,” ujar drg Vitria Dewi, M.Si usai memaparkan visi dan misi RSJ Menur Surabaya.
Menurut alumnus Universitras Airlangga Surabaya itu, dalam memberikan pelayanan kapada masyarakat, dirinya menekankan kepada seluruh staf agar jangan sampai menolak pasien, karena yang datang ke rumah sakit itu pasti sangat membutuhkan.
“Apalagi jika sang pasien adalah ODGJ (Orang Dalam Gangguan Jiwa), sementara rumah sakit jiwa satu-satunya milik Pemprov Jatim adalah RSJ Menur, tentu akan sangat menyulitkan masyarakat jika ditolak,” tandasnya.
Mantan pejabat Yanmas Dinas Kesehatan Provinsi Jatim itu juga memberikan penekanan kedua kepada stafnya agar setiap memberikan pelayanan kepada pasien selalu memegang motto, ‘nggak pakai lama’.
“Jangan sampai pasien menuggu, karena menunggu akan menambah kecemasan pasien dan itu mempengaruhi percepatan kesembuhan pasien,” tandasnya.
Tekad ibu tiga anak itu untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pasien dilatarbelakangi pengalamannya ketika menjadi dokter muda di pedalaman Pulau Sumatera, dimana sulitnya masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan.
Disamping itu juga karena kondisi saat ini masyarakat yang sudah mulai melek kesehatan, sehingga harus ditunjang dengan kesiapan aparat kesehatan yang sigap dan kompeten dalam menangani pasien.
“Ini sudah menjadi tugas kami dan bentuk kehadiran negara ketika rakyat membutuhkan pelayanan kesehatan,” ujarnya meyakinkan.
Dengan dibangunnya Gedung Prof. dr. Moeljono berlantai 6, yang diresmikan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa akhir tahun lalu, RSJ Menur Surabaya, kini memiliki fasilitas yang representative, baik itu untuk Poliklinik Jiwa dengan instalasi farmasi dan radiologinya.
Juga Poliklinik Non Jiwa yang lebih lengkap dan peralatanan yang terbaru, yakni Instalasi Keswa Anak dan Remaja, Klinik Rehabilitasi Medik, MCU, Rawat Inap Non Jiwa, High Care Unit.
Bahkan di rumah sakit yang dibangun sejak 1977 itu juga memiliki Klinik Eksekutif, Klinik Estetik, Instalasi Farmasi, Rawat Inap Ibu-Anak, Ruang Bersalin, Neonatal Intensive Care Unit, Kamar Operasi dan Intensive Care Unit.
“Dengan segala ketersediaan sarana dan prasasana saat ini tentu saja kami harus kerja keras, terutama untuk melayani masyarakat. Jadi jangan berfikir kalau RSJ ini harus meraih untung besar dengan penambahan pasien yang terjadi, justru kami harus kerja keras dengan dana yang ada untuk bisa memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat yang membutuhkan. Kami membuktikan negara hadir kepada masyarakat yang membutuhkan kesehatan,” ujar istri dokter spesialis mata itu.
Keistimewaan RSJ Menur Surabaya kini juga melayani masalah pelajar di Klinik Gangguan Pelajar yang menangani pelajar-pelajar yang sulit belajar, terutama karena akibat pengaruh kecanduan gadget.
“Kami menyediakan psikolog dan psikiater yang kompeten. Dan saat ini cukup banyak pasien dari mahasiswa dan pelajar yang melakukan perawatan disini,” katanya.
Disamping itu, di RSJ Menur ini juga tersedia Klinik Memori yang mengatasi gejala penuaan, yaitu pikun atau sering lupa. Disini akan menjalani terapi dan perawatan agar pasien tidak mudah pikun. Dan yang paling akhir juga menyediakan perawatan Napza.
“Khusus yang satu ini, RSJ Menur tidak main-main. Kalau di tempat lain hanya dilakukan hanya tiga sampai lima hari, disini seorang pasien napza minimal harus kami tangani dalam tiga bulan untuk bisa menjalani kehidupan normal dari ketergantungan napza,” tandasnya. (*)