Javasatu,Gresik- Dalam rangka Bakti Kartini Untuk Negeri, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Perempuan Bangsa (PB) Kabupaten Gresik menggelar bagi takjil di seluruh kecamatan se-kabupaten Gresik.
Sebanyak 2.700 paket takjil dibagikan oleh para kader PB yang berkebaya di masing-masing kecamatan kepada pengguna jalan menjelang waktu berbuka puasa.
Ketua DPC PB Kabupaten Gresik H. Ufiq Zuroidah, SE menjelaskan bahwa kegiatan ini digelar di momen peringatan hari Kartini tahun 2021.
Menurut wanita yang akrab dipanggil Ufiq, peran perempuan sangat strategis dalam pembuatan kebijakan.
“Kami perempuan bangsa ingin memastikan bahwa kiprah perempuan juga di perencanaan kebijakan yang berpihak, bukan sebatas aksi sporadis yang kurang membangun sistem,” jelasnya.
Anggota Fraksi PKB DPRD Jawa Timur yang juga istri dari ketua DPRD Gresik H. Much. Abdul Qodir ditemani oleh jajaran pengurus tampak menggunakan kebaya dan batik membagikan paket takjil kepada pengguna jalan menjelang waktu berbuka puasa.
Perempuan Bangsa Serukan Perlindungan Kelompok Rentan Bencana
Usai bagikan takjil, Ufiq menjelaskan pentingnya perhatian khusus pemerintah kepada lansia sebagai bagian dari kelompok rentan saat bencana tiba.
“Sebab dari berbagai bencana yang terjadi, baik itu bencana alam, bencana sosial dan juga bencana kegagalan teknologi, kelompok tersebut rentan menjadi korban,” jelasnya.
Hal tersebut, menurut Ufiq dapat terlihat dari berbagai data bencana yang telah terjadi. Sebagai contoh gempa Lombok, jumlah pengungsi perempuan tembus hingga angka 173.236 orang, dan di Lombok Timur ada 136 Bumil yang juga mengungsi. Selain 1991 Balita dan 2641 anak-anak (Voaindonesia.co., 14 Agustus 2018).
Sementara Gempa di Jatim, berdasarkan data BPBD Jatim, korban meninggal dunia sejumlah 10 orang, 9 di antaranya Lansia (di Lumajang, Blitar dan Kab. Malang).
Selain itu, masih menurut Ufiq, pengungsi konflik sosial Sampang di Jemundo Sidoarjo juga didominasi perempuan dan anak-anak.
Lalu, bencana sosial aksi kelompok radikal ekstrem (termasuk di Surabaya dan Sidoarjo beberapa waktu lalu), menyertakan perempuan dan anak sebagai pelaku aktif.
Hal serupa juga terjadi bencana kegagalan teknologi seperti kasus Lapindo Sidoarjo, perempuan, lansia dan difabel menjadi korban.
“Merekalah yang paling berisiko mengalami masalah ketika bencana terjadi, baik menjadi korban saat bencana maupun bermasalah selama di pengungsian. Negara harus hadir dengan memastikan bahwa mereka yang menjadi korban harus mendapat perlakuan khusus karena kerentanannya. Lebih penting lagi, mencegah mereka menjadi korban dengan menguatkan ketangguhan mereka dan keluarga dengan anggota keluarga rentan untuk menghadapi bencana,” ungkapnya.
Ufiq kemudian menyinggung soal program Keluarga Tangguh Bencana. Menurutnya, program tersebut bagian dari ikhtiar mengurangi resiko bencana asal dilaksanakan dengan maksimal dengan cara menggeser paradigma yang digunakan. Kelompok rentan bencana tidak lagi menjadi obyek yang perlu diselamatkan namun kelompok rentan bencana harus menjadi subjek yang perlu diedukasi untuk menjadi Tangguh bencana.
“Dalam konteks gerakan radikal ekstrem-pun, perempuan dan anak-anak harus mendapat proteksi lebih agar tak menjadi tameng dan korban,” imbuhnya.
Melihat begitu besarnya potensi resiko kelompok rentan bencana tersebut, PB Kabupaten Gresik menilai pemerintah dan stakeholder lainnya belum maksimal dalam memberikan afirmasi menghadapi bencana.
Sebab itu, PB bertekad menjadikan kelompok rentan bencana menjadi isu di pemerintahan daerah, khususnya Provinsi Jawa Timur.
“PB Gresik dan PB Jatim juga hendak serius mengawal soal-soal ketahanan keluarga ini, termasuk di isu bencana alam, bencana konflik sosial, bencana konflik sumber daya alam dan bencana kegagalan teknologi,” pungkasnya.
Pantauan di lapangan, kegiatan bagi takjil ini bervariasi modelnya. Di kecamatan Duduk Sampeyan dimulai diskusi dulu sebelum pembagian takjil, di kecamatan cerme PB mengandeng pengurus MWC NU, di Kecamatan Manyar dikemas dalam acara safari Ramadan serta di beberapa kecamatan lainnya yang berbeda lagi. (Bas/Arf)
Comments 3