JAVASATU.COM-MALANG- Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Malang hingga kini terus melakukan pendalaman dalam kasus pembongkaran pagar pembatas antara tribun dengan lapangan di dalam Stadion Kanjuruhan. kini statusnya naik penyidikan.

Seperti diketahui, saat ini Stadion Kanjuruhan masih dalam status alat bukti Kepolisian atas meninggalnya 135 orang suporter Arema.
Kasatreskrim Polres Malang IPTU Wahyu Rizki Saputro mengatakan, status perkara sudah dinaikkan ke tingkat penyidikan. Hal ini berdasarkan hasil rekomendasi gelar perkara yang dilakukan penyidik pada 6 Desember 2022 lalu.
Wahyu menjelaskan, sampai saat ini sudah 11 orang saksi diperiksa, yang terakhir adalah pria berinisial H, penanggungjawab kegiatan pembongkaran yang diperiksa pada hari Kamis (8/12/2022) kemarin.
“Hingga kini H masih menjalani pemeriksaan, untuk motif pembongkaran sampai saat ini masih terus didalami, yang jelas H ini adalah orang sipil, bukan dari instansi manapun,” ucap Wahyu di Polres Malang, Jumat (9/12/2022).
Wahyu juga menyebut jika pihaknya sudah melakukan olah TKP dan memasang garis polisi di lokasi. Dan mengamankan barang bukti berupa tabung gas, perlengkapan las, helm proyek, potongan besi hingga gembok pintu yang ditemukan dalam kondisi terpotong pengaitnya.
“Barang bukti peralatan tukang serta barang yang dirusak sudah kami amankan. Police line juga sudah kami pasang kembali di lokasi kejadian,” tegasnya.
Wahyu menerangkan, pihaknya juga sudah melakukan pemeriksaan terhadap pekerja yang melakukan kegiatan pembongkaran. Namun ada 6 pekerja lain yang mangkir dari panggilan penyidik.
Rencananya terhadap 6 orang tersebut akan dilakukan pemanggilan kedua, jika tidak diindahkan, maka sesuai undang-undang penyidik bisa melakukan pemanggilan ketiga dengan disertai surat perintah membawa.
“Nantinya mereka akan kami lakukan pemanggilan ketiga kalinya dengan keterangan membawa,” pungkasnya.
Terhadap para pelaku pembongkaran atau perusakan ini, jika terbukti melakukan pelanggaran akan dikenakan Pasal 170 KUHP dan atau Pasal 406 KUHP yaitu secara bersama-sama melakukan kekerasan terhadap barang atau pengrusakan. (Agb/Saf)