
[Opini]
Korupsi dalam Perspektif Al-Qur’an: Kejahatan Moral yang Merusak Bangsa
Oleh: Redaksi Javasatu
Korupsi telah menjadi fenomena kronis di zaman sekarang ini, mencederai kepercayaan publik dan menghambat pembangunan. Kasus-kasus korupsi yang melibatkan oknum pejabat tinggi, oknum penegak hukum, hingga oknum sektor swasta menunjukkan bahwa praktik ini bukan sekadar pelanggaran hukum, tetapi juga penyimpangan moral yang serius.
Dalam perspektif Islam, Al-Qur’an dengan tegas melarang segala bentuk kecurangan, termasuk korupsi, karena dampaknya yang merusak tatanan sosial dan ekonomi suatu bangsa.
Korupsi dalam Pandangan Al-Qur’an
Al-Qur’an menyebutkan berbagai larangan terkait penyelewengan harta, ketidakadilan, dan penyalahgunaan jabatan. Salah satu ayat yang relevan dalam konteks ini adalah:
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 188)
Ayat ini secara jelas mengutuk praktik korupsi yang dilakukan dengan manipulasi hukum dan kekuasaan. Koruptor bukan hanya mencuri hak rakyat, tetapi juga memperalat hukum untuk melanggengkan perbuatan mereka.
Selain itu, QS. An-Nisa: 29 juga menegaskan larangan memakan harta orang lain dengan cara yang tidak sah:
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
Ayat ini menekankan bahwa harta harus diperoleh dengan cara yang halal, bukan dengan penyalahgunaan wewenang atau manipulasi keuangan.
Korupsi: Bentuk Pengkhianatan Terhadap Amanah
Dalam Islam, jabatan dan kekuasaan adalah amanah yang harus dijaga dengan penuh tanggung jawab. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.”
(HR. Bukhari)
Korupsi sering terjadi karena amanah diberikan kepada orang yang tidak kompeten atau memiliki niat buruk. Ketika oknum pejabat yang seharusnya mengelola anggaran untuk kepentingan rakyat malah menggunakannya untuk kepentingan pribadi, mereka telah mengkhianati amanah yang diberikan Allah dan masyarakat.
Dampak Korupsi: Kerusakan Sosial dan Hukuman di Akhirat
Al-Qur’an menjelaskan bahwa korupsi adalah bentuk fasad (kerusakan) yang mengundang azab Allah. Dalam QS. Al-Maidah: 33, Allah menegaskan hukuman bagi mereka yang berbuat kejahatan besar, termasuk korupsi:
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, ialah mereka dibunuh, atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bersilangan, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka memperoleh azab yang besar.”
Korupsi bukan hanya merugikan individu, tetapi juga menghancurkan kesejahteraan masyarakat, menciptakan kesenjangan sosial, dan melemahkan kepercayaan terhadap institusi negara.
Solusi Islam untuk Mencegah Korupsi
Islam telah memberikan prinsip-prinsip yang kuat untuk mencegah korupsi, di antaranya:
- Penegakan Hukum yang Tegas – Dalam QS. Al-Maidah: 38, Allah menetapkan hukuman keras bagi pencuri sebagai bentuk efek jera. Begitu pula dalam kasus korupsi, hukum harus ditegakkan dengan adil tanpa pandang bulu.
- Transparansi dan Akuntabilitas – Islam menekankan pentingnya hisbah (pengawasan sosial), di mana pemimpin harus bertanggung jawab kepada rakyat dan Allah atas setiap keputusan yang diambil.
- Menanamkan Nilai Ketakwaan – Ketakutan kepada Allah (Taqwa) adalah benteng utama melawan korupsi. Jika seseorang yakin bahwa perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat, maka ia akan berhati-hati dalam menggunakan amanah yang diberikan.
- Menegakkan Kepemimpinan yang Adil – Pemimpin harus dipilih berdasarkan integritas dan kompetensi, bukan berdasarkan nepotisme atau kepentingan kelompok tertentu.
Korupsi dalam perspektif Al-Qur’an bukan sekadar pelanggaran hukum, tetapi pengkhianatan terhadap amanah dan perusakan tatanan sosial. Islam menegaskan bahwa koruptor tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga membawa kehancuran bagi masyarakat.
Oleh karena itu, perang melawan korupsi harus dilakukan dengan hukum yang tegas, nilai-nilai moral yang kuat, serta kepemimpinan yang amanah dan bertanggung jawab.
Jika prinsip-prinsip Islam diterapkan dalam sistem pemerintahan, korupsi dapat diberantas, sehingga dapat bergerak menuju keadilan dan kesejahteraan yang lebih baik. Wallahu a’lam.