- Judul : Raja Alam Barajo (Provinsi Jambi)
- Pengarang : Ansori Barata, Arza S., Heri Mulyadi, M. Rawa El Amady, Parmadi, Putra Agung
- Pengantar : Prof. H. Yundi Fitrah, M.Hum., Ph.D.
- Hak Penerbitan : Denny J.A. rights@cerahbudayaindonesia
- Tim Editor : Nia Samsihono (Ketua) Anwar Putra Bayu (Anggota) Dhenok Kristianti (Anggota) F.X. Purnomo (Anggota) Gunoto Saparie (Anggota) Handry T.M. (Anggota) Isbedy Stiawan Z.S. (Anggota)
- Koordinator Wilayah : Fatin Hamama (Wilayah Indonesia Barat), Nia Samsihono (Wilayah Indonesia Tengah), Sastri Sunarti (Wilayah Indonesia Timur)
- Finalisasi dan Publikasi : Agus R. Sarjono, Jamal D. Rachman, Monica Anggi JR
- Desain Grafis : David , Ansori Barata
- Penerbit : Cerah Budaya Indonesia, Jakarta
- Tahun/cetakan : Cetakan Pertama Agustus 2018
- ISBN. : 978-602-5896-01-9
- Tebal : 117 + xiv halaman
Resensi Buku: Raja Alam Barajo
Oleh: Akaha Taufan Aminudin, Koordinator Persatuan Penulis Indonesia, Satupena Jawa Timur
Di awal hingga akhir buku ini, pembaca akan disuguhkan dengan deretan puisi esai yang menguras emosi. Isi puisi esai yang menggambarkan kesenjangan sosial yang sedang marak terjadi di sekitar kita, dapat menghanyutkan siapa saja yang membaca sehingga, dapat merasakan keadaan yang ingin disampaikan penulis kepada para pembacanya.
Keseluruhan puisi esai ini juga memiliki hikmah di setiap bait yang di sampaikan, sehingga dapat menjadi modal pembelajaran bagi setiap orang yang membacanya, dan menjadi pedoman kehidupan di masa depan sehingga tidak terjadi hal yang sama di lain waktu.dan dengan membaca buku seri puisi esai akan membuat pembaca paham tentang sederetan peristiwa konflik dan sejarah yang pernah terjadi Raja Alam Barajo (Provinsi Jambi) KORUPSI TANPA BASA BASI tanpa melihat secara langsung.
Dalam dunia perpuisian, tak hanya relasi manusia dengan Sang Pencipta dan relasi antar manusia yang menjadi objek proses kreatif penyair, menuliskan puisi-puisinya yang merepresentasikan cerminan dari kegelisahan penyair dengan penguasa negeri ini, birokrasi, hukum dengan semena-mena dan ketidak adilan aturan sepihak dan atau penyair dengan manusia dengan cara penulisan baru puisi esai, puisi esai panjang bercatatan kaki, mengawinkan fakta dan fiksi.
Dalam buku setebal 117 ini adalah media untuk mempermudah pembaca agar tidak salah tafsir dalam memaknai karya 6 penyair dalam puisi esainya. Buku ini dimulai dengan sambutan pengantar yang sangat menarik bersinergi dengan karya-karya para penyair-penyair yang telah lama berkecimpung dalam dunia tulis menulis dan dituliskan pengertian dan makna dari puisi itu sendiri pada kata pengantar, kemudian dilanjutkan dengan prawacana serta puisi-puisi esai dari masing-masing penyair.
Puisi esai dalam antologi puisi Raja Alam Barajo (Provinsi Jambi) Ada enam penyair tersebut adalah : Ansori Barata dengan karyanya AKHIRNYA, KITA AKAN SAMPAI PADA KEHIDUPAN YANG WAJAR, Arza S dengan karyanya berjudul ‘SEKOJA, TAK GOYAH DIGODA CANTIK KOTA’, Heri Mulyadi dengan karyanya berjudul ‘BERTARUH NYAWA DI PARIT SERIBU’, M. Rawa El Amady dengan karyanya berjudul ‘SANAK’, Parmadi dengan karyanya berjudul ‘BUNGKU: BELENGGU KISAH YANG TAK TERURAI’ dan yang terakhir Putra Agung dengan karyanya berjudul ‘RAJA ALAM BARAJO’. Pengantarnya Prof. H. Yundi Fitrah, M.Hum. Ph.D dengan ulasan pemikirannya yang sangat menarik ‘MEMBACA 6 PENYAIR JAMBI 2018’.
Pada awal buku dengan kata pengantar Prof. H. Yundi Fitrah, M.Hum. Ph.D ulasan pemikirannya yang sangat menarik ‘MEMBACA 6 PENYAIR JAMBI 2018’. Pada kata pengantar menguraikan mengenai berbahasa adalah bersastra atau bersastra adalah juga berbahasa. Berbahasa dan bersastra merupakan dua bentuk kegiatan yang mustahil dipisahkan dalam kehidupan manusia; homo fabulans, manusia adalah makhluk yang bersastra.
Berbahasa dan bersastra sama-sama mengungkapkan hasil pengelolaan perasaan dan pikiran. Menjadi kegiatan profesional manusia sebagai bukti tanggung jawab atas kepeduliaan dan kepekaan ketika mengamati dan mengolah hasil tangkapan panca indera terhadap permasalahan kemanusiaan.
Prof. H. Yundi Fitrah, M.Hum. Ph.D juga menjelaskan isi dari keseluruhan puisi yang terdapat dalam buku dengan singkat dan padat namun tetap dapat dimengerti pembaca. Semakin sering membaca dan memahami puisi esai, semakin bertambah pula kekayaan wawasan pengetahuan yang didapatkan. Karena itu, kewajiban “membaca” telah lama diperintahkan. Yakni Iqro’ “bacalah,” namun kenyataan kebiasaan membaca masih jarang terlaksana.
Mengorbankan sikap suka membaca merupakan tahap awal yang harus dilakukan pembaca untuk memperoleh pesan baik yang terdapat dalam suatu bacaan. Pada tahapan ini penulis mengharapkan pembaca mendapatkan nilai-nilai yang ada dalam tulisannya. Begitu juga dengan membaca puisi esai berjudul “Raja Alam Barajo” tulisan Putra Agung.
Membaca tulisan ini, berbagai pesan yang bersumber dari masalah yang diolah, dirasakan, dan yang dipikirkan penulis. Yakni mengenai permasalahan yang dialami masyarakat Jambi. Penulis berharap agar kepemimpinan para pejabat di Jambi tetap jujur, adil, amanah, dan ada kepedulian terhadap masyarakat.
Tulisan ini merupakan bagian dari nilai tanggung jawab dalam membenahi masyarakat. Harapan terhadap kepemimpinan yang seperti itulah pesan yang diungkap penulisnya. Pada kenyataannya, berbagai masalah kejahatan seperti korupsi, kerap dilakukan pengusaha, penguasa, atau pejabat di pemerintahan.
Puisi esai dalam antologi puisi Raja Alam Barajo (Provinsi Jambi) Ada enam penyair tersebut adalah : Puisi esai pertama Ansori Barata dengan karyanya AKHIRNYA, KITA AKAN SAMPAI PADA KEHIDUPAN YANG WAJAR, Puisi esai ini menceritakan tentang Idealnya, kehidupan demokrasi mesti menjamin terciptanya keadilan. Dalam arti luas, keadilan menjamin harmonisasi kehidupan rakyat dan pemerintahannya.
Akhir tahun 2017, Provinsi Jambi gempar dengan berita mengejutkan terkait OTT (Operasi Tangkap Tangan) KPK yang berhubungan dengan penangkapan anggota dewan dan beberapa pejabat penting daerah. OTT KPK kali ini berhubungan dengan ketuk palu APBD. Pasca-OTT, wacana demokrasi yang ideal menyangkut kepercayaan publik terhadap lembaga legislatif dan eksekutif mulai menguat kembali di Jambi.
Puisi esai dalam antologi puisi Raja Alam Barajo (Provinsi Jambi) Puisi esai kedua Arza S dengan karyanya berjudul ‘SEKOJA, TAK GOYAH DIGODA CANTIK KOTA’, bercerita tentang Seberang Kota Jambi, sering disebut Sekoja, sebuah nama daerah yang masuk Pemerintah Kota Jambi. Dinamakan seberang, daerah ini terbagi dua karena adanya Sungai Batanghari yang memisahkan. Sekoja belum tersentuh gempita pembangunan di Provinsi Jambi. Kampung tua ini dihuni asli Melayu Jambi beserta adat istiadatnya. Konon, mereka berasal dari Jazirah Arab.. Di sini hanya ada rumah-rumah panggung khas Jambi. Kekayaan tradisi dari masyarakat asli Melayu Jambi ini layak diangkat; masyarakat pemangku adat lain barangkali bisa saling mengisi dan mengapresiasi.
Puisi esai dalam antologi puisi Raja Alam Barajo (Provinsi Jambi) Puisi esai ketiga, Heri Mulyadi dengan karyanya berjudul ‘BERTARUH NYAWA DI PARIT SERIBU’, berkisah tentang Kuala Tungkal dan Tanjung Jabung kadang disebut sebagai “pulau kanal seribu”. Hal tersebut lantaran kedua daerah penghasil kelapa terbesar di Provinsi Jambi tersebut dikepung sejumlah sungai dan laut yang juga terhubung dengan kanal-kanal satu sama lain. Sapar, 35 tahun, salah satu warga kanal di Parit 17, Kuala Tungkal, baru saja memulai hari.. Ketek sarat muatan itu pun kandas. Hari mulai gelap. Padahal ia tengah berburu waktu melarungkan bawaannya ke kota demi mengumpulkan upah beberapa lembar uang merah untuk Rusti, 30 tahun, istrinya, yang tengah hamil tua. Namun, maut berkata lain. Rusti meregang nyawa setelah kehabisan darah saat berjuang melahirkan buah kasih mereka.
Puisi esai dalam antologi puisi Raja Alam Barajo (Provinsi Jambi) Puisi esai keempat, M. Rawa El Amady dengan karyanya berjudul ‘SANAK’, Puisi ini membahas suku asli yang ada di Jambi dan Rawas. Sering disebut Suku Kubu, Suku Anak dalam dan Suku Rimba. Sebagai warga yang bersentuhan dengan suku asli ini, hubungan suku asli dengan warga dusun berjalan harmonis dan saling mengerti. Warga desa memanggilnya sanak,. Bahkan menjadi proyek untuk masuk surga. Siapa yang peduli, nasib suku asli ini memang getir. Semakin hari semakin berkurang dan hanya menunggu punah. Melalui Puisi Esai ini, berharap suku asli di Jambi dan di Rawas bisa masuk ke relung hati warga negara lain untuk memberi hak kepada mereka di saat yang tepat.
Puisi esai dalam antologi puisi Raja Alam Barajo (Provinsi Jambi) Puisi esai kelima, Parmadi dengan karyanya berjudul ‘BUNGKU: BELENGGU KISAH YANG TAK TERURAI’ Penulisan Puisi Esai ini ini dilatarbelangkangi oleh keprihatinan konflik atas kepemilikan sumber daya pada salah satu desa di Kabupaten Batanghari bernama Desa Bungku. Desa ini berbatasan langsung dengan hutan sebagai sumber kehidupan, mulai berubah akibat adanya hak pengusahaan hutan yang dilegalisasi oleh pemerintah. Keberadaan penduduk asli yang menghidupi dirinya dengan sumber daya hutan yang diakui secara adat bukanlah sebuah kebetulan. Sementara sumber daya itu kemudian menjadi milik negara dan bersifat terbuka bagi semua orang.
Puisi esai dalam antologi puisi Raja Alam Barajo (Provinsi Jambi) Puisi esai keenam Putra Agung dengan karyanya berjudul ‘RAJA ALAM BARAJO’ berkisah tentang kejadian nyata, Selasa, 28 November 2017, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjaring beberapa pejabat dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT). KPK juga menyita uang miliaran rupiah yang diduga berkaitan korupsi “uang ketok” pengesahan APBD 2018. Empat orang dinyatakan tersangka, Gubernur Jambi, Zumi Zola ditetapkan sebagai tersangka karena diduga menerima hadiah atau janji (gratifikasi). Dalam Puisi Esai ini, seorang pemimpin, baik eksekutif maupun legislatif mewakili Alam Barajo, yaitu tingkatan tertinggi dalam pemerintahan di Jambi secara adat. Idealnya, pemimpin memberikan tauladan, tempat berlindung bagi masyarakatnya.
Hal ini membuat Puisi Puisi esai dalam antologi puisi Raja Alam Barajo (Provinsi Jambi) KORUPSI TANPA BASA BASI ini menjadi menarik untuk dibaca, apalagi bagi generasi muda yang tidak mengalami secara langsung suasana konflik tersebut. Sebuah genre baru untuk generasi milenial Semoga karya ini dapat memberikan pencerahan bagi para pembaca dan menjadi sumber alternatif lain untuk pembelajaran sastra bagi generasi yang akan datang.
Kelemahan dalam puisi esai ini adalah pemilihan kata kurang bisa dipahami oleh pembaca, kemudian ada beberapa kata-kata yang sulit untuk di pahami dan tidak di jelaskan dalam buku puisi ini sehingga mengharuskan pembaca untuk mencari artinya di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ataupun melalui internet lewat mbah google., kelemahan berikutnya puisi esai tingkat kesulitan simbol-simbol dan metafora. Dan tingkat kesulitan menyatukan bentuk dan isi secara organis. Maka proses kreatif penyair harus terus di asah di latih secara maksimal, untuk melahirkan karya karya puisi esai yang baik dan mengesankan.
Keunikan yang dapat kita temukan dalam buku puisi esai ini adalah cover buku dengan desain grafis yang dikerjakan David dan Ansori Barata kerja kreatif yang sangat menarik harmonis dengan warna dasar hitam dan tulisan judul putih dan gambar suasana laut sore hari yang memancarkan ketenangan, kedamaian, dan kesejukan sesuai dengan judul buku puisi esai ini yaitu Puisi esai dalam antologi puisi Raja Alam Barajo (Provinsi Jambi) KORUPSI TANPA BASA BASI yang akan memikat pembaca, sehingga penasaran akan isi membuat orang tertarik untuk membaca buku ini.
Puisi esai dalam antologi puisi Raja Alam Barajo (Provinsi Jambi) KORUPSI TANPA BASA BASI akan terbawa merasakan kebenaran sejarah yang membawa hikmah :Tema-tema gugatan atas kasus yang diangkat dalam buku ini sebelumnya lebih sering dibaca secara sangat berat dalam konteks konflik sosial antara mereka yang menyebut diri sebagai pembela dan mereka yang dikatakan sebagai biang kerok. Kritik dan narasi dalam buku ini terasa sejuk dan cerdas.melalui puisi esai dalam memotret realitas sosial, kritik-kritik dapat disampaikan dengan tegas atau tetap dapat mengalir deras tetapi tidak membuat pikiran dan perasan terbakar karena dipaparkan secara puitis.. Dalam puisi esai kritik meluncur tajam tetapi tetap enak nyaman dibaca dan renyah gurih.
Pemilihan pola ungkap melalui Puisi esai dalam antologi puisi Raja Alam Barajo (Provinsi Jambi) KORUPSI TANPA BASA BASI , ini membuat isu yang diangkat menjadi lebih mudah dikomunikasikan kepada khalayak pembaca Hal ini membuat puisi-puisi dalam kumpulan ini lebih mudah dipahami, termasuk oleh para pembaca pemula.
Karena, sastra pada dasarnya memang sepanjang waktu berada dalam pertentangan antara tradisi dan modernitas, antara satu genre dan genre yang lain, sesuai dengan situasi dan perkembangan budaya, teknologi, dan pengaruh dari berbagai faktor lain di luar karya itu sendiri. Dalam proses penulisan teks, pengarang menggunakan berbagai rujukan atau kutipan dari teks-teks yang telah ia baca. Di samping itu, sebuah teks baru tersedia melalui proses pencarian materi yang hendak ditulis. Puisi esai dalam antologi puisi Raja Alam Barajo (Provinsi Jambi) KORUPSI TANPA BASA BASI. (Kota Wisata Batu, 24 Oktober 2022)
Profil:
Drs. Akaha Taufan Aminudin, lahir di Kota Batu 26 April 1963, Koordinator Persatuan Penulis Indonesia Satupena Jawa Timur, Sekretariat Jalan Abdul Jalil 2 Sisir Kota Batu Wisata Sastra Budaya, 65314
Karya-karyanya berupa artikel, essay, puisi dan sudah dipublikasikan dimuat dikoran terbitan Surabaya, Surya, Singgalang, Swadesi, Minggu Pagi, Mimbar, Nusa Tenggaara Post, Analisa, Bhirawa, Majalah You Inc, Taruna Baru, Karya Dharma, Simponi, Majalah Variasi Malaysia, Majalah Keluarga Malaysia, Javasatu dan berbagai media cetak lainnya.
Biografi Akaha juga tercantum dalam Buku Pintar Sastra Indonesia yang dieditori oleh Pamusuk Eneste dan diterbitkan Kompas, Jakarta (Mei 2001). Biografi Akaha juga ada dituliskan dalam Leksikon Susastra Indonesia yang dieditori oleh Korrie Layun Rampan dan diterbitkan Balai Pustaka, Jakarta (2000).
Pada Program Persahabatan Abad XXI Indonesia Jepang, Asean Component di Jepang selama satu bulan diundang membacakan karya puisinya, antara lain di kota Tokyo, Shizuoka, dan Hiroshima. 200 judul puisinya juga pernah dibedah dan dibahas di Vemy University, Perancis.
Sederet penghargaan pun juga diraihnya, antara lain menjadi pemenang dalam lomba cipta puisi tingkat nasional yang diadakan HS Wanra Sidoarjo dengan judul puisi “Janji Abadi”, dan “Jiwa Bangsa Indonesia”.
Menjadi juara pertama Lomba Cipta Puisi Indonesia Emas yang diselenggarakan oleh Majalah You Inc., Jakarta. Puisinya “Luka di Atas Luka” merupakan juara pertama lomba tingkat nasional yang diselenggarakan Organisasi Sahabat Pena Indonesia (OSPI), Jakarta.
Karyanya ada dalam Buku:
Buku Puisi 49 Penyair Indonesia
‘Dari Negeri Poci 3’ Kata Pengantar Hendrawan Nadesul (Penerbit Tiara Jakarta,1996),
Buku Puisi ‘Luka di Atas Luka’ Buku Puisi Tunggal karya Akaha Taufan Aminudin 99 judul puisi ISBN : 979-9483-91-3 Pencetak Pustaka Pelajar Offset (diterbitkan Studio Seni Sastra Batu S3B, Pustaka Pelajar Jogjakarta dan Averroes Press, Desember 2001)
Buku Puisi ‘Sepanjang Jalan Batu Tokyo’ Buku Puisi Tunggal karya Akaha Taufan Aminudin 99 judul puisi
ISBN 978-602-17023-0-7 Diterbitkan oleh Shell – Jagat Tempurung Kompleks Mutiara Indah No.29 Padangbesi – Padang 25233 poetry@minangkabauonline.com 088807458663 Oktober 2012
BUKU Fiksi LERAK
ISBN 978-602-7956-02-5
Diterbitkan FAM Publishing Pare, Kediri, Jawa Timur
Cetakan 1, Maret 2013
Puisi Menolak Korupsi Penyair Indonesia
ISBN 978-602-183-026-0
Penerbit Forum Sastra Surakarta 2013
Puisi Menolak Korupsi 2a Penyair Indonesia
ISBN 978-602-183-027-7
Penerbit Forum Sastra Surakarta 2013
Buku Puisi, “Jangan Biarkan Tanahku Hilang” Antologi Puisi Penyair Kota Batu
Pengantar Prof. Dr. H. Sam Abede Pareno., M.M. Budayawan
ISBN 978-3924-13-6
(Penerbit Pustaka Kayu Tangan Malang ), Cetakan 1, Juni 2007
”Akulah Musi” Antologi Puisi Pertemuan Penyair Nusantara.V-Palembang (Penerbit Dewan Kesenian Sumatera Selatan),
Seri Dokumentasi Sastra Antologi Puisi Pendhapa 14 Requiem bagi Rocker ISBN 978-979-185-366-8
(diterbitkan Taman Budaya Jawa Tengah bekerjasama dengan Forum Sastra Surakarta) 2012.
Merindu Rasul dalam Sajak. ISBN 978-602-18155-7-1
(Penerbit Seruni, Pontianak Juni 2012).
Antologi Puisi – Prosa Liris 50 Penyair Indonesia
LANGIT TERBAKAR SAAT ANAK – ANAK ITU LAPAR ISBN 978-602-99907-7-5
Penerbit Kendi Aksara Bantul Yogyakarta 2013
Antologi Puisi – Prosa Liris 50 Penyair Indonesia
NEGERI SEMBILAN MATAHARI ISBN 978-602-99907-6-8
Penerbit Kendi Aksara Bantul Yogyakarta 2013
Buku 115 Resensi Puisi Esai, Dari Aceh hingga Papua (Penerbit: Cerah Budaya Indonesia, Jakarta Februari 2019)
Antologi Puisi Penyair Malang Raya
SAJAK DWIWANGGA DUNIA TAK LAGI DINGIN ISBN 978-623-6521-38-0
Penerbit Garudhawaca Yogyakarta 2020
Perahu Perak Bunga Rampai Puisi
Pengantar Dr. Tengsoe Tjahjono
ISBN 978-623-96145-1-5
Rumah Budaya Kalimasada, Blitar
Penerbit CV Delima Sidoarjo 2021
Terima Kasih suhu
Semangat Sepanjang Masa Succesfull Sedulur SatuPena SatuHati SatuJiwa SatuRasa KOMPAK KEBERSAMAAN sepanjang masa Succesfull Sedulur